Friday, January 24, 2025

Produksi Patin Naik 120%

Rekomendasi
- Advertisement -
Produksi patin di kolam Ernawati melonjak 120% setelah menggunakan pakan yang diproduksi dengan teknik least cost formulation.

 

Membuat pakan patin sendiri demi mendapatkan keuntungan lebih banyak.

Pakan least cost formulation buatan Ernawati berbahan baku lokal dan disukai ikan.

Ernawati menuai 2,2 ton patin dari kolam berukuran 12 m x 25 m. Produksi itu fantastis, meningkat 120% dibandingkan dengan panen-panen sebelumnya yang hanya 1 ton patin dari kolam yang sama. Peternak di Desa Telukketapang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi, itu menerima harga Rp14.800 per kg. Omzet Erna Rp32,5 juta. Adapun biaya pakan Rp18,7 juta berupa 3,4 ton seharga Rp5.500 per kg.

Setelah dikurangi biaya pakan dan lainnya seperti benih, total jenderal biaya operasional Rp20,5 juta sehingga profit Erna Rp12 juta. Pendapatan itu meroket 300% daripada sebelumnya yang hanya Rp3 juta per siklus. Peningkatan produksi di kolam milik Erna itu sejak 2011.

Bikin pakan sendiri

Apa rahasia lonjakan produksi patin? “Dahulu saya belum memahami tentang pakan. Budidaya juga belum intensif. Kini saya menggunakan pakan bikinan sendiri,” kata Erna. Meski penggunaan pakan melonjak, keuntungan tetap lebih tinggi daripada panen sebelumnya. Peningkatan pakan karena kandungan protein pakan lebih tinggi yakni 25—27%, sebelumnya 20—25%.

Ernawati menggunakan pakan mandiri sejak 2011 dan pendapatannya meningkat.

“Pakan produksi sendiri bisa dipastikan isinya karena ada pengecekan hasil laboratorium,” kata Sekretaris Kelompok Pembudiya Ikan Harapan Maju itu. Harga pakan mandiri produksi Erna juga sekitar 31% lebih hemat ketimbang pakan pabrikan yang harganya Rp8.000 per kg. Erna memanfaatkan campuran bungkil kopra, dedak, dan ikan asin sebagai bahan baku pakan patin (lihat: Ramu Sendiri Pakan Patin).

Perempuan berumur 38 tahun itu menggunakann bahan-bahan itu lantaran melimpah. Erna mendapatkan pengetahuan pembuatan pakan mandiri itu dari seorang kawan yang mengikuti pelatihan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. Menurut ahli patin program Sustainable Market Access through ResponsibleTrading of Fish (Smart-Fish) Indonesia, Imza Hermawan, pakan mandiri buatan Erna termasuk metode least cost formulation (LCF).

Menurut Imza LCF adalah formulasi pakan ikan bernutrisi lengkap sesuai kebutuhan ikan dan menggunakan bahan baku berbiaya paling rendah. Bahan baku pakan menyesuaikan bahan baku lokal di setiap wilayah. Misal tepung ikan diganti dengan tepung ikan asin atau tepung kopra.

Sebaiknya bahan baku lokal juga produk sampingan industri pengolahan sehingga tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia lainnya (makanan dan bahan bakar). Selain itu ketersediaan bahan baku lokal mesti melimpah atau mencukupi untuk skala industri dan pasokannya terjamin sepanjang tahun.

Ahli patin program Smart Fish Indonesia, Imza Hermawan.

Pelaksana program Smart-Fish Indonesia yakni United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dibiayai Swiss Secretariat for Economic Affairs (SECO). Salah satu tujuan program itu adalah membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing rantai nilai patin. Caranya dengan memberikan pelatihan budidaya patin yang baik dan benar termasuk pembuatan pakan. Jambi salah satu daerah tempat program Smart Fish Indonesia berhasil dilaksanakan dengan baik. Dengan pakan mandiri peternak pun lebih sejahtera seperti pengalaman Ernawati. (Riefza Vebriansyah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Aplikasi Anyar Pendeteksi Varietas Cabai

Trubus.id–Tim peneliti di Pusat Riset Sain Data dan Informasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Balai Pengujian Standar...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img