Pertumbuhan patin perkasa lebih cepat dan tahan penyakit.
Supangat memanen patin varietas perkasa berumur 7 bulan setelah tebar dari benih berukuran 5—6 cm. Bobot ikan 700 gram sesuai standar pembuatan filet. Supangat memanen 2 ton patin hasil penebaran 3.000 benih. Peternak patin di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu menjual hasil panen ke sebuah perusahaan produsen filet di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dengan harga Rp14.000 per kg. Dari hasil penjualan itu Supangat meraup laba Rp21 juta.
Menurut Supangat jumlah pendapatan itu lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penjualan patin varietas lain. Itu karena pertumbuhan patin perkasa lebih cepat sehingga produktivitas pun lebih tinggi. “Pada umur 7 bulan bobot patin perkasa mencapai 700 g per ekor, varietas lain 500—600 g,” tuturnya. Meski pertumbuhan lebih cepat, kebutuhan pakan perkasa sama dengan patin varietas lain.
Kematian rendah
Rasio konversi pakan (FCR) patin perkasa 1,4. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg ikan membutuhkan 1,4 kg pakan. Keunggulan lain tingkat kematian perkasa hanya 1%, lebih rendah ketimbang varietas lain yang mencapai 2%. Supangat memperoleh patin perkasa dari peneliti Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) di Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Ir. Evi Tahapari, pada 2016.
Ketika itu Supangat memperoleh 3.000 benih berukuran 5—6 cm. Ia membudidayakan patin perkasa pada kolam semen berukuran 15 m x 17 m. Tiga hari sebelum menebar benih, Supangat menambahkan larutan probiotik berkonsentrasi 2 liter probiotik per 25 liter air. Tujuannya agar sisa kotoran di dalam kolam terurai dan meningkatkan dissolve oxygen (DO) alias oksigen terlarut dalam air.
Menurut Supangat DO ideal untuk patin sekitar 0,25%. Ia juga rutin menambahkan larutan probiotik setiap pekan dengan konsentrasi lebih rendah, yakni 0,5 liter probiotik per 25 liter air. Setelah itu Supangat menebar benih dengan kepadatan ideal 13—17 ekor per m3. Tiga hari pertama ia tidak memberi pakan untuk mengurangi stres dan benih beradaptasi dengan kolam baru.
Setelah 3 hari puasa ia lalu memberi pakan berupa pelet pabrikan untuk benih. Frekuensi pemberian pakan 3—4 kali sehari dengan total pakan 1—1,5 kg/hari. Saat ikan berumur sebulan di kolam, pria 64 tahun itu mengganti pakan dengan pelet berukuran lebih besar sesuai ukuran ikan. “Pakan patin mesti bermerek sama dari awal hingga panen,” tutur Sekretaris Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Tulungagung (APCITA) itu.
Supangat mengganti ukuran pakan lagi ketika bobot ikan lebih dari 300 g per ekor atau berumur 3 bulan. Frekuensi pakan berkurang menjadi hanya 2 kali sehari, yakni pada pukul 6.00 dan sore pukul 17.00. Total jenderal perkasa mendapatkan pakan 20—25 kg saban hari. Ia juga mengalirkan air baru ke kolam selama 2—3 jam setiap hari untuk menjaga kualitas air. Supangat memanen perkasa pada umur 7 bulan saat berbobot lebih dari 700 g per ekor.
Hasil seleksi
Supangat menuturkan budidaya perkasa relatif mudah bila dibandingkan dengan varietas lain seperti pasupati, varietas patin sebelumnya yang juga dirilis BRPI. “Pasupati sangat peka dengan suara sehingga mudah stres,” katanya. Pemberian pakan pun mesti di tengah kolam. Jika pemberian pelet di pinggir kolam, ikan akan memakannya jika tidak ada orang di tepi kolam. Pasupati juga tidak seagresif siam. “Keunggulan pasupati dagingnya yang putih,” tutur peternak patin sejak 2013 itu.
Menurut peneliti BRPI, Ir. Evi Tahapari, patin perkasa adalah patin siam Pangasius hypophthalmus unggul yang lahir dari hasil seleksi. Penelitian berlangsung mulai 2010. Pada tahap pertama Kelompok Peneliti komoditas ikan patin di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi mengkarakterisasi populasi induk pembentuk. Selanjutnya pada 2011 membentuk populasi dasar.
Adapun pembentukan populasi generasi pertama pada 2013 dan pembentukan populasi generasi kedua pada 2015. Pembentukan populasi-populasi itu melalui seleksi famili berdasarkan karakter pertumbuhan menggunakan parameter ukuran bobot tubuh. Hasil seleksi menunjukkan, 20,91% populasi generasi pertama meningkat keragaan pertumbuhan berdasarkan parameter bobot pada ukuran konsumsi (bobot lebih dari 500 g).
Pada populasi generasi kedua meningkat 17,95% sehingga respon seleksi kumulatif pada kedua generasi sebesar 38,86%. Para peneliti juga menguji keragaan pertumbuhan pada uji lapang (uji multilokasi dan multisistem). Hasil pengujian menunjukkan pertumbuhan dan tingkat produktivitas patin perkasa lebih unggul daripada patin siam dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) lokal pada masing-masing lokasi uji.
Hasil penelitian di Sukamandi menunjukkan, tingkat pertumbuhan dan produktivitas patin perkasa lebih tinggi 20,62% dibandingkan dengan siam dari UPR lokal setelah 7 bulan pemeliharaan. Adapun di Kuningan, Jawa Barat, lebih tinggi 20,60% (6 bulan pemeliharaan), Tulungagung 46,42% (8 bulan pemeliharaan), dan Lampung 16,61% (6 bulan pemeliharaan).
Lebih tahan
Menurut Evi keunggulan lain perkasa juga lebih tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Hasil penelitian menunjukkan pada dosis LD50 1,8 x 109 CFU/ml, tingkat kematian 50 benih patin perkasa hanya 33,33% pada jam ke-24 dan 58,86% pada jam ke-168. Tingkat kematian itu jauh lebih rendah ketimbang patin siam dari UPR lokal yang mencapai 60% pada jam ke-24 dan 76,67% pada jam ke-168.
Patin perkasa juga lebih toleran terhadap kondisi air asam dan berkadar garam (salinitas) tinggi. Hasil uji toleransi lingkungan menunjukkan patin perkasa mampu bertahan hidup pada kondisi asam (pH 4,5) dan salinitas 18 g/l daripada patin siam UPR lokal. Itulah sebabnya para peneliti menyematkan nama perkasa pada varietas patin terbaru itu. Selain menunjukkan kekuatan, nama perkasa juga merupakan singkatan dari patin super karya anak bangsa. (Imam Wiguna/Peliput: Riefza Vebriansyah).