Maklum, ukuran hanya sekepalan tangan orang dewasa. Bobot pejantan 350 g, betina 300 g. Julukan the smallest bantam chicken pun diberikan pada ayam super katai itu.
Kendati kecil ayam serama tetap tampil gagah dn elegan. Ketika berdiri tegak, dada menonjol dan sayap lurus searah tubuh. Saking membusung, punggung bersentuhan dengan ekor. Gaya itu mirip seorang prajurit yang siap siaga. “Sosoknya kayak Arnold Scwazenegger, aktor laga di Film Terminator. Sementara betina bak Dolly Parton, bintang seksi Hollywood,” kata H. Yusuf seambil menenteng sepasang serama yang dibeli di pameran itu. Seekor ayam serama diboyong seharga Rp200.000.
Ayam setinggi 16—24 cm itu bermental baja. Meski kecil, ia berani menantang ayam mana pun yang berada di dekatnya. Begitu mendapat lawan, sayap mengembang dan bulu mekar alias ngedok. Sesaat kemudian lawan diterjang. “Pertarungan tak kalah seru dengan ayam adu,” kata warga mampang Prapatan, Jakarta Selatan, itu.
Keistimewaan lain, si ayam kecil itu mempunyai nafsu birahi tinggi. Pada umur 2 bulan ia sudah belajar mencumbui lawan. Tak sungkan-sungkan ia menaiki punggung lawan jenisnya. Trubus menyaksikan dalam tempo 3 menit, si jantan 2 kali mengawini pasangannya.
Katai jepang
Si kecil yang menggemaskan itu “buah tangan” Wee Yean Een, warga Kelantan, Malaysia. Ia hasil silangan ayam katai jepang dengan ayam lokal malaysia berulang-ulang selama 10 tahun. Katai jepang berbulu putih berbobot 650—800 g. Sedangkan katai malaysia berbobot 600 g. Sesama anakannya terus disilang-silangkan hingga didapat ayam yang ukurannya sangat kecil. Bobot jantan 250 g dan betina 200 g. Konon ayam itu mencatat rekor sebagai yang terkecil di dunia.
Serama disematkan Wee gara-gara menonton pertunjukan wayang. Sosok Rama—suami Sinta—menarik perhatian Wee Yean Een. Tubuh ksatria yang bidang dan membusung itu mirip ayam yang diciptakannya. Serama terdaftar di Asosiasi Poultry Amerika Serikat.
Ayam super mini itu banyak mengundang perhatian berbagai pihak di Malaysia. Dr Mahathir Mohamad,—saat menjabat perdana menteri—pun tak ketinggalan menyaksikan kelucuannya. Sama halnya Siti Nurhaliza, penyanyi kondang Malaysia mengagumi kecantikannya.
Di tengah jadwal pertunjukan yang amat padat, pada September 2003 pedendang lagu Cindai itu menyempatkan diri menonton kontes ayam serama. Tangannya tak henti mengelus kepala si mungil itu.
Masih langka
Serama diperkenalkan di Indonesia pada awal 2003. Rudi Pelung dan rekannya mendatangkan langsung dari Malaysia. Dalam tempo singkat, semua habis diambil hobiis, ”Serama banyak yang suka,” kata pedagang di Pondokbambu, Jakarta Timur, itu. Tak aneh ketika pameran Flona 2003, ayam super mini itu dikerubuti pengunjung. Salah satunya, H. Yusuf yang membeli sepasang.
Karena sambutan masyarakat cukup bagus, Rudy Pelung kembali mendatangkan belasan ekor pada Oktober dan Desember 2003. Kini beberapa kolektor di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera sudah memiliki. “Permintaan dari kolektor ayam hias berdatangan. Tapi sayang, di Malaysia sendiri jumlahnya terbatas,” tutur ketua Asosiasi bantam Indonesia itu. Menurut importir ayam itu, di negeri asalnya, serama berkualitas super berharga RM30.000 atau setara Rp75-juta/ekor.
Terdorong minat masyarakat yang demikian besar terhadap serama dan harga tinggi, Rudi dan Yusuf, mencoba menternakkan. Namun, ternyata tak mudah. Seekor betina hanya bertelur 2—4 butir. Itu pun yang menetas paling hanya 30%.
Ia mengingatkan agar jangan terkecoh membeli serama. Terutama dengan moyangnya katai jepang karena hampir mirip. Kaki serama panjang, proporsional dengan tubuh. Saat berdiri ujung sayap tidak menyentuh tanah. Sementara katai jepang, kaki pendek sehingga sayap selalu ke belakang supaya tidak menyapu tanah. Selain itu pial serama selalu tegak dengan warna bulu beragam. (Syah Angkasa)