Kiat membibitkan lada perdu dengan keberhasilan 80%.
Penangkar lada perdu di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Nasrul Majid, kerap mendapat keluhan dari para penangkar pemula yang menjadi mitranya. “Mereka kerap gagal memperbanyak lada perdu lantaran belum menguasai karakter lada perdu,” ujar Nasrul. Menurut Nasrul menggandakan lada perdu memang relatif sulit. “Perlu perlakuan intensif selama proses pembibitan,” ujar pria 38 tahun itu.
Salah satu kunci sukses perbanyakan itu pemilihan sumber bibit. Menurut Nasrul bibit lada perdu yang baik sebaiknya berasal dari cabang tersier lada perdu yang masih hijau, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Cabang tersier adalah cabang yang muncul pada cabang sekunder. Sementara cabang sekunder berasal dari cabang primer yang melekat pada batang tanaman. “Jika setek yang diambil dari batang tua maka akar lambat tumbuh. Jika setek dari batang muda malah gampang layu,” ujar penangkar lada perdu sejak 2014 itu.
Sungkup tertutup
Nasrul memotong batang tanaman anggota keluarga Piperaceae itu dengan kemiringan 45°. Ia memotong batang sekitar 3 ruas terdiri atas 2—3 daun. Nasrul lalu mencelupkan setekan lada ke dalam larutan perangsang akar. Selanjutnya, ia menancapkan setiap setek ke dalam polibag berisi media tanam tanah. Ia lantas menyimpan calon bibit lada perdu itu di bawah naungan sungkup plastik.
“Lada menyukai lingkungan hidup yang teduh agar tumbuh optimal,” ujar Nasrul. Jika kurang teduh, tambahkan jaring peneduh di atas sungkup agar kondisi bagian dalam sungkup lebih teduh. Nasrul menuturkan selama proses pembibitan sungkup tetap tertutup selama 3 pekan. “Pada masa itu calon bibit sedang dalam tahap pembentukan akar,” ujar Nasrul.
Ketika memasuki umur 4 pekan, ia membuka sungkup lalu menyemprotkan pupuk daun dan fungisida berdosis rendah, yakni hanya seperempat dari dosis anjuran dalam kemasan. Frekuensi penyemprotan sekali sepekan pada pagi hari. Setelah penyemprotan biarkan bibit terbuka hingga sisa larutan pupuk dan fungisida yang menempel di permukaan daun mengering.
“Jika larutan masih menempel, tetapi sungkup sudah ditutup bisa memicu gosong pada daun,” ujarnya. Jika sudah kering, tutup kembali sungkup. Selama perawatan dalam sungkup Nasrul juga selalu mengontrol kondisi tanah di sekitar sungkup. “Area di dalam sungkup harus bebas dari genangan air agar akar tidak busuk,” ujar Nasrul. Itulah sebabnya penangkar meninggikan tanah untuk penyimpanan bibit.
Tujuannya agar terhindar dari genangan air sehingga permukaan bawah polibag tetap kering. Nasrul membesarkan bibit hingga berumur 5—6 bulan. Namun, terkadang ada konsumen yang membeli bibit berumur 3—4 bulan. Harap mafhum, kini banyak calon pekebun yang antusias menanam lada perdu sehingga permintaan bibit terus meningkat. Dalam dua tahun terakhir, Nasrul menjual 8.000 bibit dengan harga Rp5.000 per bibit. Nasrul menuturkan dengan berbagai perlakuan, jumlah bibit yang mati kurang dari 50%.
Hidup 80%
Nun di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Muji Saefulloh, juga memberi perlakuan intensif untuk membibitkan lada perdu. Penangkar lada sejak 2001 itu memilih bakal bibit dari setek cabang tersier ideal—tidak terlalu muda atau tua. Ia menggunakan media tanam berupa campuran sekam dan tanah dengan perbandingan 1:3. Muji juga menyimpan bibit lada perdu di bawang naungan sungkup selama sebulan tanpa dibuka.
Saat bibit berumur 2 bulan, barulah ia menyemprotkan larutan pupuk daun dengan konsentrasi 10 ml pupuk daun yang dilarutkan ke dalaam 14 liter air. Penyemprotan pupuk dilakukan setiap bulan. Menurut dosen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Ir Supartoto M.Agr.Sc, sumber bibit lada perdu yang ideal berasal dari setek cabang buah.
Supartoto menyarankan agar memilih cabang yang memiliki kandungan fotosintat tinggi. Caranya, pilih cabang buah yang menghadap ke timur dan berdaun penuh. “Bibit dari cabang yang mengandung fotosintat tinggi memiliki energi lebih banyak dan cukup untuk tumbuh optimal,” kata Supartoto. Menurut Supartoto media tanam yang baik bagi pertumbuhan bibit berupa campuran 50% tanah dan 50% pupuk kandang.
Sebelum menanam, celupkan setek batang lada ke dalam larutan perangsang akar atau air kelapa. Setelah itu celupkan juga setekan ke dalam larutan fungisida sesaat sebelum ditanam dalam polibag. Tujuannya untuk mencegah kontaminasi cendawan merugikan dalam media tanam. Selanjutnya simpan polibag di dalam sungkup plastik berjaring peneduh. “Usahakan sinar matahari yang masuk ke dalam sungkup hanya 40%,” ujarnya.
Sungkup tidak boleh dibuka selama sebulan. Supartoto menuturkan pada masa itu pembentukan kalus sedang terjadi. Jika atmosfer sungkup berubah maka tanaman bisa stres. Akibatnya pembentukan akar terganggu. “Jika penangkar ingin menyiram bibit maka lakukan lewat sela-sela sungkup,” ujarnya. Penangkar bisa memberikan mikoriza saat bibit beurmur 2 bulan. Dosisnya 2,5 gram per bibit.
Dua pekan berikutnya, siramkan pupuk daun dengan konsentrasi 2,5 gram per liter air. Interval penyiraman setiap dua pekan. Sebulan sebelum dijual buka sungkup sedikit demi sedikit agar bibit beradaptasi dengan sinar matahari. Dengan berbagai perlakuan itu persentase bibit hidup mencapai 80%. Nasrul dan Supartoto menyarankan calon pekebun sebaiknya tidak langsung menanam bibit lada perdu di lahan.
“Banyak calon pekebun mengeluh banyak bibit yang gagal tumbuh karena tidak sabar ingin segera menanam lada,” ujar Nasrul. Untuk mencegah kematian bibit saat ditanam di lahan, lakukan adaptasi agar bibit tidak stres dengan menyimpan bibit di bawah jaring peneduh selama sebulan. Supartoto menganjurkan agar calon pekebun mendatangi tempat pembibitan untuk melihat langsung kondisi bibit. “Dengan begitu pekebun mengetahui kualitas bibit yang akan dibeli sehingga jumlah kematian bibit di kebun dapat ditekan,” kata Supartoto. (Andari Titisari)