Wednesday, February 12, 2025

Sejahtera Karena Merica

Rekomendasi
- Advertisement -

Romli

Laba Romli Rp4,3-juta per bulan dari hasil budidaya lada di lahan mini 1.200 m².

Romli, petani asal Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Romli membudidayakan 500 tanaman lada di lahan 1.200 m².
Romli, petani asal Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Romli membudidayakan 500 tanaman lada di lahan 1.200 m².

Menanam lada tak selamanya di lahan luas. Romli yang memiliki lahan 1.200 m² memutuskan untuk membudidayakan tanaman anggota famili Piperaceae itu pada 2012. Kini lada berumur 4 tahun itu berderet rapi di kebun Romli. Petani di Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka-Belitung, itu menanam 500 tanaman lada. Saat Trubus berkunjung ke sana pada Agustus 2016 tanaman sedang berbuah lebat.

Beberapa di antaranya ada yang berwarna merah. Itu pertanda buah lada siap panen. Romli bersama istri memetik satu per satu dompolan buah. Panen hari itu baru sebagian karena dompolan buah yang lain masih berwarna hijau. Menurut Romli, luas areal tanam lada miliknya relatif kecil bila dibandingkan dengan para pekebun lada lain di daerahnya. “Di sini pekebun biasanya menanam 2.000 tanaman,” ujarnya.

Hambatan

Lada siap panen di kebun Romli, minimal 2—3 buah berwarna merah.
Lada siap panen di kebun Romli, minimal 2—3 buah berwarna merah.

Menanam lada bukan berarti tanpa aral. Romli juga menghadapi masalah pada 2009, yakni harga lada turun menjadi Rp37.000 per kg di tingkat petani. Setahun sebelumnya harga lada mencapai Rp50.000 per kg. Dengan volue panen 500 kg kering, berarti potensi kerugian Romli dari penjualan lada mencapai Rp1,5-juta. Padahal, kala itu Romli harus membiayai sekolah 7 anaknya.

Namun, Romli bergeming, malah melakukan penanaman bibit baru kala harga anjlok. “Sudah turun temurun berkebun lada, jika harga rendah maka suatu saat pasti naik lagi,” katanya. Filosofi itulah yang selalu ia yakini dan amalkan dalam praktik berkebun. Keyakinannya berbuah manis, tahun berikutnya harga lada meningkat menembus Rp48.000 dan berangsur-angsur naik 25% per tahun.

Meski lahan relatif sempit, menanam lada tetap menguntungkan. “Lebih baik sedikit tapi terurus daripada luas tapi tidak terurus,” kata Romli. Pada musim panen sebelumnya, ayah 7 anak itu memperoleh minimal 1 kg lada kering dari setiap tanaman atau total 500 kg per tahun. Beberapa tanaman bahkan ada yang bisa menghasilkan 2 kg merica. Romli menjual hasil panen kepada pengepul Rp130.000 per kg.

Dengan harga jual itu omzet Romli Rp65-juta. Menurut Romli biaya produksi Rp25.000 per tanaman per tahun atau total Rp12,5-juta. Artinya laba bersih Romli Rp52,5-juta per tahun atau rata-rata Rp4,375-juta per bulan. Penghasilan itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum Provinsi Bangka-Belitung pada 2016 yang hanya Rp2,3-juta. Sebetulnya keuntungan bisa lebih tinggi jika Romli merawat tanaman ala kadarnya.

Romli bersama istri memanen lada.
Romli bersama istri memanen lada.

Namun, petani kelahiran 12 Oktober 1965 itu memilih mengebunkan lada secara intensif. “Budidaya intensif mutlak diperlukan bila ingin hasil panen lada optimal,” ujar Romli. Agar hasil panen optimal, Romli menggunakan 3 varietas unggul, yaitu bogor lingkup, merapin, dan lampung. “Pekebun harus membeli bibit unggul dari pembibit yang terpercaya. Kualitas bibit sangat berpengaruh terhadap hasil panen,” katanya.

Romli menggunakan panjatan mati untuk rambatan lada. Menurutnya panjatan mati atau hidup tidak berpengaruh pada hasil panen. “Yang penting harus kokoh,” ujarnya. Itulah sebabnya ia memilih kayu mendaru, pelawan, dan ulin, yang lebih kuat sebagai tajar. “Harga tiang panjatan bervariasi sesuai kualitas. Para pekebun biasanya menggunakan aneka jenis kayu. Harganya berkisar Rp15.000—Rp40.000 per batang,” kata petani berusia 50 tahun itu. Tinggi tiang panjatan 3 m.

Jual bibit
Sebagai sumber nutrisi Romli memberikan pupuk kandang dari kotoran sapi yang telah terurai dengan dosis 200 gram per tanaman dan 50 gram NPK 15:15:15 sebagai pupuk dasar. “Pada awal pertumbuhan kita optimalkan dulu pertumbuhan batang dan daun,” paparnya. Pada tahun kedua dan seterusnya ia memberikan campuran pupuk NPK, Phonska, dan Urea dengan perbandingan 1:1:1 dan total dosis 500 g per tanaman per tahun.

“Pemupukkan tahun kedua untuk menghasilkan buah. Jadi, perlu pupuk yang lebih banyak dibandingkan tahun pertama,” kata Romli. Ia juga rutin menyiangi minimal 2 kali dalam sebulan. “Lahan harus bersih dari gulma agar pertumbuhan tanaman optimal serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit,” kata Romli. Dengan berbagai perlakuan itu tanaman lada milik Romli tampak lebih sehat.

Hasil panen lada perdana minimal 1 kg per tanaman.
Hasil panen lada perdana minimal 1 kg per tanaman.

Pada tahun kedua pascatanam Romli dapat menghasilkan hingga 1 kg lada kering per tanaman saat panen perdana. Menurut Romli hasil panen itu dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pekebun lain pekebun lain di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, yang hanya 500 g per tanaman saat panen perdana. Saat tanaman berumur 4 tahun, tanaman lada milik Romli juga sehat.

Padahal, pada umur itu tanaman rentan terkena serangan penyakit kuning yang selama ini menjadi momok bagi pekebun lada. “Penyakit kuning musuh utama petani lada. Jika sudah terserang susah mengobatinya. Pencegahan dengan penyiangan intensif, langkah yang paling bijak dilakukan petani,” tutur pria setengah abad itu. Selain pendapatan dari hasil menjual lada, Romli juga memperoleh penghasilan tambahan dari hasil menjual bibit.

Pada tahun pertama pria 50 tahun itu memangkas batang lada untuk merangsang pertumbuhan cabang. Hasil pangkasan itu ia tanam dalam polibag untuk menjadi bibit. Dari setiap tanaman Romli rata-rata bisa menghasilkan 10 bibit lada atau total 5.000 bibit. Bibit siap jual pada umur 4 bulan. Ia menjual bibit dengan harga Rp10.000 per polibag. Dengan harga jual itu, Romli mendapatkan omzet tambahan Rp50-juta.

Kesuksesan Romli berkebun lada menjadi bukti jika lada menjanjikan pendapatan tinggi meski lahan relatif sempit. Dengan penghasilan sebanyak itu, pantas bila Romli mewariskan kebun lada kepada 4 orang putranya masing-masing 500 tanaman. Ia berharap keempat anaknya itu turut sejahtera dari hasil berkebun lada. (Muhamad Fajar Ramadhan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Potensi Ekspor UMKM USD 5,22 Juta pada Januari 2025, Catat Komoditas Ramai Peminat

Trubus.id–Kementerian Perdagangan mencatat potensi transaksi pada penjajakan bisnis (business matching) bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img