Trubus.id — Bisnis burung lovebird terlihat begitu menjanjikan. Contoh saja, Yuli Sriyanto sukses menangkarkan lovebird dan mengantongi omzet Rp200 juta setiap bulan dari penjualan lovebird.
Yuli menjual burung cinta—sebutan lain lovebird—dari hasil penangkaran sendiri. Ia memiliki sekitar 40 pasang lovebird berbagai jenis. Dari indukan itulah Yuli menjual sekitar 50 anakan lovebird per bulan.
Harga lovebird tangkaran Yuli paling murah Rp50.000 dan paling mahal Rp200 juta per ekor. Untuk lovebird yang berharga puluhan juta hingga ratusan juta per ekor, merupakan hasil pembiakan jenis lovebird premium.
Lovebird terbaru hasil pembiakan Yuli adalah orange face jenis eyering. Sosoknya amat elok. Paruhnya berwarna kuning sedikit kemerahan, badan berwarna hijau, dan wajahnya kuning-jingga. Hasil mutasi itu merupakan burung asli Indonesia.
Yuli memperjualbelikan orange face jenis eyering kepada kalangan tertentu seharga Rp50 juta–Rp60 juta karena jumlah burung masih terbatas.
Ia membiakkan burung anggota famili Psittaculidae itu dengan sistem kandang koloni. Jadi, burung jantan dan betina berada di kandang sama sejak kecil. Setelah dewasa, mereka memilih sendiri pasangannya.
“Kalau begitu kan tidak ada paksaan. Jadi, produktivitas dan kualitas keturunannya lebih bagus,” jelasnya.
Menurutnya, lovebird mulai dapat dibiakkan pada usia 5–6 bulan. Dari sepasang lovebird dapat menghasilkan 1–2 anakan. Ia menyarankan pembiakan dilakukan pada saat burung berusia 1–2 tahun. Alasannya, selain menghasilkan keturunan lebih banyak, kesehatan burung pun lebih terjamin.
Pembiakan lovebird dilakukan secara kontinu setiap dua bulan. Biasanya, 2–3 bulan setelah itu sudah bisa panen anakan.
Tantangan
Menurutnya, tantangan penangkaran lovebird ada pada tahap penjodohan. Visual jantan dan betina hampir sama. Tidak ada tolok ukur yang pasti. Namun, seiring jam terbang, penangkar akan semakin terbiasa untuk mengenali jantan dan betina.
Sepengamatannya, cara mudah membedakan jantan dan betina adalah dari paruhnya. Paruh lovebird jantan lebih pipih, sedangkan paruh betina lebih tebal.
Lebih lanjut, Yuli merasa tertantang untuk terus mengasah pengetahuan tentang pemeliharaan lovebird. Ia menilai pembiakan lovebird merupakan seni mengolah warna. Meskipun terkadang muncul warna yang tidak sesuai keinginan, uniknya tetap bisa menarik selera pasar.