Friday, May 2, 2025

Sukun Beku, Peluang Usaha dari Pangan Lokal yang Menjanjikan

Rekomendasi

Trubus.id – Sukun kini mulai dilirik sebagai sumber pangan alternatif yang potensial dijadikan produk beku. Permintaan pasar terhadap sukun beku pun menunjukkan tren positif, membuka peluang usaha baru di sektor olahan pangan lokal.

Penjualan sukun beku yang digeluti Dra. Hajirah, warga Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menunjukkan hasil menggembirakan. Ia mampu memproduksi sekitar 500 kemasan sukun beku siap olah setiap bulan.

“Itu masih kurang. Andaikan pemasaran saya bagus, saya promosi terus, 1.000 bungkus saja kurang,” ujar Hajirah optimistis.

Setiap kemasan sukun beku dijual dengan harga Rp25.000. Beratnya 500 gram saat musim panen dan 400 gram di luar musim. Dari penjualan itu, Jirah—sapaan akrab Hajirah—mengantongi omzet sekitar Rp12,5 juta per bulan, bahkan bisa meningkat saat panen raya.

“Menguntungkan sekali sukun beku ini. Andaikan orang tahu manfaat sukun itu, saya yakin bisa meledak penjualan sukun beku,” lanjut pendiri dan pemilik UMKM Ballaratea itu.

Menurut Santi Noviasari dan rekan dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, sukun mengandung 68% pati, 4% protein, dan 1% lemak (basis kering), serta fosfor. Sukun juga kaya karotenoid, omega 3 dan 6, serat tinggi, vitamin C, antioksidan, rendah lemak, dan bebas kolesterol.

Sukun memiliki indeks glikemik rendah, antara 23–60, lebih baik dibandingkan beras, dan tidak mengandung gluten. Karena teksturnya yang lembut dan rasanya seperti roti, sukun pun dijuluki breadfruit dan menjadi makanan pokok di sejumlah negara Eropa.

Santi dan tim juga menyebutkan bahwa sukun efektif menurunkan risiko penyakit jantung, mencegah kanker, menstabilkan gula darah, serta membantu mengatasi rambut rontok. Kandungan gizinya menjadikan sukun berpotensi sebagai superfood lokal.

Menurut Jirah, pasokan sukun paling banyak tersedia pada pekan kedua Desember, sementara pada bulan September hingga November stoknya menipis. Namun, ia tetap memproduksi sukun beku setiap bulan dengan jumlah menyesuaikan musim.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, ia menjalin kerja sama dengan pemasok dari berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan. Langkah ini memastikan produksi tetap berjalan meskipun musim berbuah terbatas.

Proses pembuatan sukun beku cukup sederhana. Empat karyawan membantu mulai dari membersihkan buah, menghilangkan getah, merendam dalam air garam dan bawang putih, mengukus, mendinginkan, mengemas, hingga membekukannya.

Sukun beku buatan Jirah bisa langsung digoreng dari freezer tanpa perlu dicairkan lebih dulu. Hasilnya, sukun bertekstur garing di luar dan lembut di dalam, menjadikannya camilan praktis dan lezat.

Menurut Santi, produk olahan berbasis sukun bisa menjadi peluang bisnis yang unik dan potensial. Hal ini juga menarik perhatian Faizal, pelaku usaha yang mulai menjajaki pasar ekspor sukun beku.

“Sukun punya peluang ekspor,” ujar Faizal yang telah mengirim beberapa sampel ke Amerika Serikat. Namun, ia belum fokus menekuni ekspor secara penuh.

Belum berani karena tidak bisa pegang bahan baku,” tambahnya.

Sampai saat ini, pasokan sukun masih bergantung pada tanaman liar yang tumbuh di pekarangan atau kebun warga. Belum ada kebun sukun khusus yang dikelola secara profesional.

Karena itu, Jirah berharap pemerintah mulai mengembangkan budidaya sukun secara sistematis. Dengan begitu, pasokan akan tersedia sepanjang tahun dan mendukung pertumbuhan industri sukun beku nasional.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Lulusan Teknik Sipil Jadi Petani Hidroponik Sukses di Semarang

Trubus.id - Di tengah dominasi profesi urban, Sandi Febrianto, pemuda asal Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, memilih jalur...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img