Trubus.id—Pemasaran wortel dalam bentuk segar sangat berisiko pada harga ketika musim panen raya. Harap mafhum pasokan wortel saat panen raya cenderung tinggi. Sementara itu permintaan wortel relatif tetap.
Produsen mesti memastikan betul wortel tetap segar hingga tangan konsumen. Untuk menjaga kualitas itu salah satunya dengan tepat distribusi wortel. Bagian pemasaran Gundaling Farm, Sugeng, mengatakan mobil ekspedisi berpendingin menjadi sarana utama.
Tujuannya mengantarkan wortel agar kualitas tetap terjaga hingga ke tangan konsumen. Selain itu untuk menjaga ketahanan wortel, Sugeng juga memiliki ruang pendingin berukuran 2 m x 16 m dengan kapasitas 26 ton.
Wortel yang baru sampai langsung disimpan dalam ruang bersuhu 0oC itu. Diversifikasi bentuk produk olahan bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah wortel. Memanfaatkan produk wortel afkir atau reject menjadi produk lain sehingga menurunkan food loss and food waste dari sayuran segar.
Produsen yang mengolah wortel salah satunya CV Be Organik International, sayuran berwarna jingga itu berubah menjadi tepung atau bubuk. Produksi bubuk wortel mencapai 60—80 kaleng per pekan. Satu kemasan bubuk wortel berobot 80 gram membutuhkan 0,5 kg wortel segar.
Masa simpan bubuk wortel 6 bulan sejak kemasan dibuka dan 10—12 bulan dalam keadaan tersegel bila disimpan dalam suhu ruang (25—26oC). Tujuan awal pembuatan bubuk wortel untuk mengajak anak-anak agar suka makan sayuran.
Kelebihan sayuran dalam bentuk bubuk yaitu tidak berbau tetapi tidak memengaruhi rasa apabila dicampur dengan masakan. “Kandungan vitaminnya sama baiknya seperti sayuran segar,” kata Kepala Penjualan dan Penawaran CV Be Organik Internasional, Aditia Warman, S.I.Kom.
Produsen pengolah wortel lainnya yaitu Mateus Kristiyanto, S.T., melalui perusahaannya PT Lingkar Organik Indonesia mengolah wortel menjadi mi sejak 2013. Umbi tanaman anggota famili Apiaceae itu salah satu dari 10 varian mi sayuran kreasi PT Lingkar Organik Indonesia.
