Konsumen Eropa dan Amerika Serikat menyukai kacang tanah lurik asal Nusa Tenggara Timur.
Trubus — Kacang lurik organik produk PT Profil Mitra Abadi laku keras di pasar Eropa terutama Jerman dan Amerika Serikat. Lewi Pohar Cuaca mengekspor 67,5 ton Arachis hypogaea bermotif lurik pada 2019. Produsen kacang lurik di dunia baru dua yakni Indonesia dan Ekuador. Namun, Ekuador terkendala kapasitas produksi yang belum stabil. Selain itu, motif luriknya tidak setegas kacang Indonesia.
Menurut Lewi konsumen mancanegara amat menggilai produk berlabel organik. Apalagi produk itu unik dan eksotis seperti kacang tanah lurik. Lewi juga mengekspor kacang tanah polos meski jumlahnya tak sebanyak lurik yakni hanya sekitar 7,5 ton per tahun. Ia sengaja fokus pada kacang lurik sebab Tiongkok dan Mesir mampu menghasilkan kacang polos dengan kapasitas produksi jauh lebih besar.
“Kami unggulkan keunikan supaya tidak bersaing dengan Tiongkok dan Mesir. Mesir juga ada proyek kacang tanah dan produksinya mencapai 500 ton per tahun,” kata alumnus jurusan Agroteknologi Universitas Padjadjaran itu. Sebetulnya pendiri sekaligus chief executive officer (CEO) PMA itu bisa saja meningkatkan kapasitas produksi tetapi masih perlu pertimbangan pasar dan pembeli potensial.
Tasikmalaya
Kacang lurik mentah itu dapat dikonsumsi langsung, direbus, digoreng, atau dipanggang. Laki-laki asal Bandarlampung itu tak sengaja menemukan potensi kacang bercorak keunguan itu. Kala itu ia sedang di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk survei beras organik. Selain padi, ternyata petani setempat juga menanam kacang lurik. Kacang biasa dijual sebagai kacang rebus.
Para penjaja kerap menawarkan dalam bungkusan kecil kepada para pengendara di jalanan yang rawan macet di Tasikmalaya atau penumpang bus yang melintasi area itu. Mereka biasanya berjualan sore hingga malam. Lewi mengatakan, “Begitu dibuka bungkusnya, langsung disantap. Orang tidak menyadari motifnya lurik karena gelap.” Ia sempat menawarkan petani di daerah itu untuk menanam kacang lurik organik.
Sayangnya tak ada yang bersedia tanam tanpa pupuk anorganik. Mereka sudah ketergantungan pada pupuk anorganik. Akhirnya ada petani di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, yang bersedia membudidayakan kacang lurik. Semula hanya satu petani yang tertarik membudidayakan secara organik. Lewi memberikan 100 kg benih kacang lurik secara cuma-cuma pada 2013. Selain mengantongi sertifikat organik, kacang lurik asal Kefamenanu itu terbukti tak mengandung aflatoksin.
Kacang tanah hanya produk pendukung Lewi’s Organics. Komoditas utama Lewi adalah gula kelapa organik. Dalam sebulan Lewi memproduksi 150—200 ton gula semut dari lokasi produksi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Bahan baku bersumber dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen. Daerah-daerah itu penghasil gula kualitas bagus.
Gula kelapa organik itu mampu menyumbang sekitar 70% penjualan. Omzet gula kelapa itu mencapai US$4,2 juta per tahun pada 2020. Lewi mencatat angka itu mengalami kenaikan hampir 100%. Sebelum pandemi, total pemasukan berkisar US$2,6—3 juta saja tiap tahun.
Buka toko
Sejak penetapan pandemi korona pada awal 2020, Lewi menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat produksi PMA di Kota Tangerang Selatan, Banten. Selama tiga bulan karantina wilayah, ia mengerjakan proyek toko retail dengan konsep factory shop. Ide awalnya menarik perhatian konsumen dalam negeri terutama di Tangerang Selatan dan sekitarnya untuk membeli produk organik.
Kopi dan tanaman hias yang saat ini tengah digandrungi masyarakat menjadi pintu masuk. Di toko Lewi’s Organics, terdapat jajaran rak berisi camilan organik dan kerajinan tangan khas Indonesia timur. Bagi penikmat kopi, sehabis meneguk secangkir kopi ia dapat menikmati camilan beraneka ragam keripik. Bagi pehobi tanaman hias, mereka dapat mengincar tanaman yang diinginkan sambil duduk menikmati suasana. (Sinta Herian Pawestri)