Trubus.id— Berkebun pepaya membutuhkan strategi agar panen berkelanjutan. Tujuannya agar dapat memenuhi permintaan pepaya setiap waktu.
Sutrisno, pekebun di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menerapkan strategi itu. Ia menerapkan pola tanam tak serentak supaya panen terus menerus. Ia mengelola lahan seluas 3 hektare di lokasi berbeda dengan umur tanaman berbeda pula.
Pada lahan seluas 1 hektare ia merawat pepaya umur 5 bulan. Pada lahan 0,5 hektare berisi tanaman pepaya umur 4 bulan. Sementara 1,5 ha berisi tanaman pepaya umur 2—3 bulan. Setiap satu hamparan ditanam serentak untuk mencegah hama dan penyakit menyerang semua fase tanaman.
Penerapan masa tanaman yang berbeda membuat Sutrisno dapat panen berkelanjutan. Bisa dibilang nyaris selalu ada buah di kebun Sutrisno. Pendapatan yang diraup pun lebih tinggi. Selain strategi agar panen berkelanjutan, pekebun menyebut menanam pepaya menguntungkan. Itu diungkapkan oleh Taufik Hidayat, pekebun pepaya di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Taufik mengatakan biaya produksi mengebunkan 1.000 pepaya mencapai Rp50 juta atau setara Rp50.000 per tanaman. Menurut Taufik dari satu tanaman pepaya bisa menghasilkan 150 kg buah sejak belajar berbuah hingga buah terakhir.
Seandainya pepaya jatuh ke harga terendah, misalnya, Rp1.000 per kg, sebenarnya pekebun masih untung. Alasannya dari satu tanaman dihasilkan Rp150.000. Pendapatan kotor itu setara 3 kali lipat dari biaya produksi.
Adapun permintaan bandar kepada Taufik mencapai 200 ton per bulan. Tingginya permintaan itu membuat Taufik mencari pekebun mitra selain dari kebun yang dikelolanya sendiri. Kini dua pekebun mitra mulai membudidayakan 500 tanaman dan 300 tanaman. Mengebunkan pepaya bagi Taufik dan Sutrisno merupakan peluang besar.