Trubus.id—Asing terdengar nama saca, saca inci, kacang saca, kacang gunung alias montana nut, atau kacang inka. Harap mafhum, ia tanaman pendatang baru di Indonesia.
Wajar jika masyarakat belum mengenalnya. Semua nama itu mengacu pada spesies yang sama: Plukenetia volubilis. Berikut fakta menarik mengenai tanaman saca inci.
- Sejak 3.000 tahun silam, saca menjadi santapan bagi masyarakat Amazon. Tanaman anggota famili kastuba-kastubaan itu berasal dari Brasil, Bolivia, Ekuador, dan Kolombia.
- M. Ocelák, Ph. D., dari Departemen Tanaman Tropis dan Agroforestri Universitas Czech, Republik Ceko., menuturkan masyarakat sebelum Inka dan bangsa Inka membudidayakan saca. Menurut rekan Ocelák, Blanka Krivankova, suku lainnya seperti Indian Chancas mengekstrak minyak dari biji saca sebagai bahan beragam makanan.
- Buah saca mirip bintang bersudut empat hingga tujuh. Penyebab jumlah sudut yang beragam hingga kini masih misteri.
- Magori atau panen buah perdana pada 7—8 bulan setelah tanam. Tanaman kerabat ubikayu itu magori kurang dari setahun.
- Menurut pekebun di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Abdurrahman tanaman saca produktif hingga 10—20 tahun. Artinya petani tidak perlu menanam berulang-ulang. Produktivitas sebuah tanaman yang subur mencapai 1—2 kg buah kering per bulan.
- Petani saca inci Ir. Setra Yuhana, M.M., di Kabupaten Bandung Barat menuturkan Vietnam mengembangkan biji saca inci sebagai camilan di kafe kopi. Jika diselidiki manfaat saca inci antara lain mengandung omega 3.
Anda dapat memeroleh informasi lengkap mengenai hulu hilir saca inci pada majalah 617 April 2021/LII. (Klik di sini)
