Trubus.id-Mencetak biji kapulaga berkualitas menjadi tantangan yang harus dicapai oleh pekebun. Musababnya kualitas biji kapulaga yang menurun akan mempengaruhi standar harga yang diterima oleh pekebun. Pekebun kapulaga di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Sukari rutin menghasilkan biji kapulaga berkualitas ekspor.
Ia menjual biji kapulaga berkualitas ke salah satu pengepul yang ada di Kabupaten Lumajang juga. Selain menerapkan sistem budi daya yang tepat, Sukari memiliki rahasia lain untuk mencetak biji kapulaga berkualitas.
Ia rutin menerapkan jadwal panen. Sukari menggunakan rumus rumus 15 hari + 4 bulan. Maksudnya, pada saat panen membutuhkan waktu setidaknya 15 hari. Sementara waktu tunggu panen berikutnya membutuhkan waktu 4 bulan. Penanggalan itu harus ditaati.
Musababnya waktu panen yang tepat menjadi kunci menghasilkan biji kapulaga berkualitas. Apabila terlalu muda kondisi biji belum terlalu matang. Sedangkan jika terlalu tua mengakibatkan buah pecah. Hal itu dapat menurunkan standar.
Hasil budi daya intensif untuk mencetak kapulaga standar ekspor itu ia peroleh dari pengepul kapulaga ekspor, Mulyadi. Pengepul asal Kabupaten Lumajang itu menyerap kapulaga berkualitas untuk dikirim ke Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Ia melakukan pembinaan kepada beberapa petani kapulaga di Kabupaten Lumajang untuk mendapatkan biji kapulaga berkualitas. Dari Surabaya biji kapulaga itu diekspor ke mancanegara. Mulyadi sudah akrab dengan bisnis kapulaga sejak 40 tahun lalu.
Menurut Mulyadi salah satu standar ekspor harus memiliki kematangan buah yang pas. Terdapat tiga jenis kapulaga yang sering dijumpai. Kapulaga merah setelah dijemur memiliki warna keputihan. Kapulaga merah keunguan setelah dijemur memiliki warna natural ungu keputihan.
Sementara kapulaga putih apabila dijemur tidak terdapat perbedaan warna. Itu merupakan standar fisik biji kapulaga kering yang dilihat dari warna. Mulyadi juga menambahkan kadar air biji kapulaga kering mencapai angka 15%—17%.