Monday, March 27, 2023

Bangkrut dari Bisnis Kafe, Ali Abdul Latif  Sukses Jadi Peternak Gabus Hias

Rekomendasi

Trubus.id — Maksud hati ingin meraup untung dari berbisnis kuliner dengan mendirikan kafe, Ali Abdul Latif malah gagal karena pandemi korona. Penyebabnya, awal 2020 pemerintah membatasi kegiatan masyarakat demi mencegah penularan Covid-19.

Kafe pun gulung tikar karena sepi pengunjung, padahal belum genap setahun. Hal itulah yang dikenang Ali Abdul Latif sampai saat ini. Patah tumbuh hilang berganti, itulah pernyataan pas, sesuai dengan yang dialami oleh Ali.

Ibong—sapaan akrab Ali Abdul Latif—mengatakan, tiba-tiba setelah kafe tutup ada permintaan 2.000 ekor anakan gabus hias jenis Channa asiatica dari salah satu rekan pengepul ikan hias di Jakarta.

Sebelumnya, Ibong yang memang pehobi gabus hias sejak 2019 pernah menjual anakan Channa andrao pada pengepul itu.

“Kala itu masih sebatas hobi, menangkarkan pun kebetulan,” kata penangkar gabus hias di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu.

Ibong mengaku sebetulnya terbatas modal untuk biaya pengadaan. Namun, pembeli percaya dan memberikan “modal” awal untuk pengadaan gabus hias itu. Segera ia mencari anakan gabus dari penangkar di Kota Sukabumi, Jawa Barat.

“Dari hasil perniagaan itu saya mendapat laba Rp500 per ekor,” kata Ibong.

Itulah modal awal Ibong untuk memulai bisnis menangkarkan gabus hias. Laba dari hasil perniagaan digunakan untuk membeli 3 pasang indukan gabus hias. Ternyata, menangkarkan gabus hias relatif sulit.

Ibong berulang-ulang gagal saat pemijahan gabus hias. Hal ini karena sejatinya gabus merupakan ikan yang mempertahankan teritorialnya. Kerap kali sepasang ikan yang dipijahkan terluka, bahkan mati.

Ibong pun harus merelakan 2 ekor induk Channa pulchra seharga Rp250.000 per ekor itu mati karena gagal memijah. Sampai sekarang pun masih ada kemungkinan risiko kegagalan.

Dari kegagalan itu, ia pun belajar untuk meminimalkan risiko kematian. Salah satu caranya menggunakan sekat kawat saat pengenalan. Ibong pun kian memahami karakter gabus yang siap memijah.

Pisahkan gabus jika selama sepekan masih belum akur atau masih dalam mode siaga. Ciri gabus dalam mode siaga antara lain menunjukkan warna pekat pada sirip, wajah pucat, dan mata hitam pekat. Jika berhasil, gabus berahi dengan ciri warna cerah dan perilaku relatif anteng.

Seiring meningkatnya jam terbang, Ibong pun berhasil memijahkan gabus hias dan memenuhi permintaan. Kini, ia memasok 5.000 burayak saban bulan. “Sejatinya permintaan bisa 2–3 kali lipat lebih banyak,” kata pria berumur 33 tahun itu.

Burayak berukuran 2–3 cm itu dijual Rp5.000–Rp10.000 per ekor bergantung pada jenisnya. Jika rata-rata harga Rp5.000 per ekor, omzet Ibong mencapai Rp25 juta per bulan dari hasil perniagaan gabus hias.

Jenis gabus hias kepunyaan Ibong, yakni Channa pulchra, Channa asiatica, Channa andrao, dan Channa stewartii. Menurut Ibong, keempat jenis gabus hias itu relatif mudah ditangkarkan.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tips Menjaga Sapi Perah agar Tetap Produktif

Trubus.id — Memelihara sapi perah harus intensif. Pasalnya banyak tantangan yang dapat membuat produksi susu sapi merosot. Misalnya sapi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img