Tuesday, March 4, 2025

Bendera Kuning untuk Kutu Putih

Rekomendasi
Pengendalian hama kutu putih merupakan langkah awal untuk menyelamatkan tanaman dari gangguan virus.

 

Kutu kebul kerap menggagalkan petani cabai. Pemilihan insektisida, dosis, dan waktu penyemprotan upaya pengendalian hama itu.

Darwis Sipayung ingat betul kejadian pada 2016. Ketika itu ia nyaris gagal panen karena tanaman cabai merah Capsicum annuum di kebunnya terserang kutu putih alias kutu kebul. Gejala serangan bermula dari penampilan daun yang mengeriting dan menguning. Lambat-laun tanaman menjadi kerdil dan malas berproduksi. Akibatnya pekebun di Simalungun, Sumatera Utara, itu hanya mampu panen 1 ton cabai di lahan 1 hektare.

Kutu putih atau kebul merupakan hama vektor banyak virus, terutama virus kuning.

Kehadiran kutu putih Bemisia tabacci mimpi buruk bagi pekebun cabai. Jika tanaman sehat Darwis optimis menuai hingga 6 ton cabai. Sayangnya, harapan itu pupus karena tanaman telanjur terserang hama yang menjadi pembawa beragam virus, khususnya virus kuning. Saat kutu kebul mengisap cairan tanaman maka saat itu pula virus masuk ke dalam jaringan tanaman.

Dua arah

Menghalau serangga anggota famili Aleyrodidae itu langkah awal pekebun untuk mengamankan tanamannya. Perkembangan kutu kebul sangat cepat. Betina serangga sekali bertelur menghasilkan hingga 400 butir. Apalagi inang favorit kutu kebul salah satunya adalah cabai dan tanaman anggota famili Solanaceae lain seperti tomat, terung dan kentang. Tanaman inang lain adalah poinsettia, kastuba, mentimun, dan labu.
Darwis menuturkan tanaman mulai terserang kutu kebul pada umur sebulan setelah tanam. Sejatinya ia menyemprotkan insektisida. Namun, upaya itu sia-sia karena belum mampu melemahkan daya tahan kutu kebul. Darwis tak patah semangat. Ia terus mencari insektisida yang tokcer mengendalikan kutu kebul. Pria ramah itu lantas mencoba produk insektisida movento energy besutan PT Bayer Indonesia.

Insektida berbentuk cair itu merupakan racun kontak yang bekerja sistemik. Bahan aktifnya adalah imidiakloprid dan spirotetramat, masing-masing dengan kandungan 120 gram per liter. Menurut Grower Marketing Mgr. Vegetables and Fruits, PT Bayer Indonesia, Ratna Indah Cahyaningsih, imidiakloprid dan spirotetramat bekerja secara sistemik dua arah. Kedua bahan aktif itu masuk ke jaringan daun dan mengikuti sistem vaskular tanaman xilem dan floem yang bergerak ke atas dan bawah menuju tunas baru, daun, ranting, batang, dan jaringan akar.

Tomat salah satu inang kegemaran kutu putih.

Gerakan dua arah itu menghasilkan pengendalian menyeluruh terhadap hama yang terlihat maupun tersembunyi di balik daun. Hasilnya, hama kutu terkendali sehingga pucuk tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Buah pun bersih dan berkualitas. Ratna menuturkan movento energy juga bergerak sangat efektif saat kutu dalam stadium nimfa. Nimfa mengeluarkan embun madu sehingga mengundang cendawan jelaga hitam.

Akibatnya permukaan tanaman dan buah pun tertutup jelaga. Hal itu membuat fotosistentesis tanaman terganggu sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Dampaknya, produksi buah menurun. Pun kualitas buah rendah karena embun jelaga juga menyerang buah. “Untuk manajemen resistensi aplikasi movento energy sebaiknya bergantian dengan bahan aktif lain bila sudah diaplikasikan 4 kali berturut-turut,” kata Ratna.

Darwis menyemprotkan insektisida itu sesuai dosis anjuran sejak tanaman berumur 3 pekan setelah tanam. Bahan kimia itu rupanya ampuh mengusir kutu kebul. Terbukti pertanaman cabai milik Darwis selamat dari serangan serangga perusak itu pada musim tanam 2018. Padahal, musim kemarau yang berlangsung pada 2018 cukup panjang. Senyum Darwis pun mengembang.

Penanaman cabai di lahan 0,5 hektare itu bebas dari gempuran kutu kebul. Darwis menyemprotkan insektisida dengan melihat kondisi tanaman. “Penyemprotan terus-menerus malahan membuat hama kebal,” katanya. Ia menyemprot tanaman pada pagi hari setelah embun hilang untuk mencegah penguapan yang terlalu besar.

Bahaya

Tanaman cabai yang telanjur terinfeksi virus gemini yang dibawa oleh kutu kebul.

Menurut dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Muhammad Syukur, M.Si., kutu kebul atau white fly merupakan hama yang paling berbahaya dan banyak menyerang tanaman cabai di daerah tropis maupun subtropis. Penurunan produksi cabai akibat serangan kutu kebul mencapai 20—100%.

Perkembangbiakan serangga mini itu sangat cepat jika kondisi lingkungan menguntungkan, yakni panas dan lembap. Ciri paling jelas yang bisa dilihat adalah terdapat bercak putih kehijauan. Syukur menuturkan, bercak itu sebenarnya adalah telur kutu kebul. “Apabila pekebun mengguncang tanaman maka kutu akan beterbangan,” kata Syukur. Kutu kebul sebagai vektor virus kuning.

Adapun virus lain yang turut membonceng kutu kebul antara lain closterovirus, carlavirus, nepovirus, dan potyvirus. Syukur menuturkan, pekebun bisa mengendalikan kutu kebul dengan sistem pergiliran tanaman bukan inang, pemasangan perangkap warna kuning, pembuatan rumah kelambu, dan sanitasi tanaman.

Untuk pemakaian pestisida, Syukur menyarankan agar pekebun memilih pestisida dengan bahan aktif seperti imidakloprid 200 SL, teflubenzurin 50 EC, permetrin 25 EC, imidakloprid 200 SL, dan metiadon. Lakukan penyemprotan di bagian bawah daun. Pada musim kemarau serangan hama akan semakin meningkat. Karena itu strategi pengendalian harus dilakukan untuk mengurangi resiko gagal panen. (Andari Titisari)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img