Perbanyakan bucephalandra berkualitas dengan teknologi kultur jaringan.

Trubus — Bucephalandra sp. salah satu jenis tanaman semiakuatik yang menjadi primadona pencinta akuaskap dalam dan luar negeri. Alasannya tanaman endemik Kalimantan itu berdaun eksotis dengan warna hijau hingga keunguan dan berbunga putih yang cantik. Perawatan bucephalandra pun relatif mudah menjadi keunggulan karena para pehobi akuaskap dapat menikmati keindahan tanaman tanpa perawatan ekstra.
Pertumbuhannya lambat. Eksotisme dan faktor endemik menjadikan bucephalandra buruan para perancang akuaskap di dunia. Harga jual tanaman anggota famili Araceae itu puluhan dolar Amerika Serikat per satu rumpun kecil. Selama ini bucephalandra yang diperdagangkan berasal dari hasil eksploitasi habitat alami. Eksploitasi bucephalandra berlebihan menyebabkan terancam punahnya populasi tanaman itu di habitat alami dalam satu dekade terakhir.

Dua spesies
Penulis dan Dr. Rossa Yunita, S.P., M.Si., dari Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor, Jawa Barat, berinisiatif memperbanyak tanaman yang tersebar di Kalimantan Barat hingga Sarawak, Malaysia, itu secara in vitro. Tujuan penelitian mendapatkan metode perbanyakan in vitro bucephalandra yang tepat. Penelitian itu menggunakan jenis B. pygmaea dan B. motleyana.
Peneliti memasukkan kedua tanaman dari alam itu ke dalam akuarium selama 1 bulan untuk membuang patogen. Manfaat lainnya yaitu menumbuhkan meristem yang selanjutnya disebut eksplan. Setelah disterilkan, peneliti mengkultur eksplan pada media Murashige dan Skoog (MS) tanpa zat pengatur tumbuh. Kemudian peneliti memindahkan eksplan ke dalam media perlakuan MS + 0,5 mg/l BAP. Selanjutnya eksplan disimpan dalam ruangan dengan kondisi terkontrol agar dapat respirasi dan fotosintesis. Penyinaran memakai neon selama 12 jam.

Tanda keberhasilan riset itu adanya pembentukan tanaman induk aseptik berupa planlet utuh dengan batang, akar, dan daun. Pengamatan dilakukan setiap pekan selama lima pekan. Hasil penelitian yang dilakukan pada 2018 itu menunjukkan respons kedua jenis bucephalandra cukup baik terhadap regenerasi tanaman secara in vitro. Meski begitu pertumbuhan kedua jenis bucephalandra itu berbeda.
Motleyana lebih cepat tumbuh daripada pygmaea. Namun perbanyakan jumlah dan pertumbuhan batang pygmaea lebih cepat ketimbang motleyana. Eksplan, media, dan lingkungan mempengaruhi perbedaan pertumbuhan kedua spesies itu. Sumber eksplan mempengaruhi kualitas tanaman. Pada penelitian pendahuluan digunakan daun paling muda sebagai sumber eksplan penghasil pucuk.
Peneliti juga kerap mengubah beberapa parameter seperti cahaya, suhu, dan hormon pertumbuhan demi mendapatkan respons yang baik terhadap perbanyakan tanaman secara in vitro. Kelembapan pun memengaruhi pertumbuhan tanaman. Sebuah laporan penelitian mengungkapkan disikasi daun serta membuka dan menutupnya stomata terjadi jika kelembapan berkurang.
Bibit massal

Perbanyakan bucephalandra mengunakan teknik kultur jaringan menguntungkan secara komersial. Harap mafhum tantangan budidaya tanaman akuatik itu antara lain karena sebagian besar pertumbuhannya hanya cocok dengan iklim Kalimantan sehingga bisa dibilang endemik. Tentu saja itu mengingkatkan biaya produksi jika mesti dibudidayakan di habitat asli.
Tantangan lainnya yakni serangan cendawan dan bakteri. Ancaman patogen itu dapat ditanggulangi dengan metode pemuliaan modern seperti rekayasa genetika atau teknologi nuklir. Aplikasi teknologi kultur jaringan merupakan langkah awal dalam usaha memperbaiki genetika bucephalandra. Teknik itu mempersingkat siklus pemuliaan untuk menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik sehingga permintaan pasar terpenuhi.
Bibit tanaman yang seragam secara morfologi dan genetik pun bisa didapat melalui kultur jaringan. Hal itu merupakan salah satu syarat utama dalam perdagangan tanaman hias air yang berkualitas seperti Bucephalandra sp. Kelebihan lain teknik perbanyakan itu antara lain menghasilkan bibit dalam jumlah relatif besar di area yang tidak begitu luas dan tidak dibatasi faktor iklim.
Bibit yang dihasilkan pun bebas patogen (cendawan, virus, dan bakteri). Salah satu perusahaan produsen tanaman air di Eropa memperdagangkan bucephalandra secara komersial dengan harga fantastis. Diperkirakan perusahaan itu sudah menjual sekitar 18 juta aneka jenis tanaman hias air menggunakan kultur in vitro. Tujuan lain adanya penelitian itu juga agar terwujud upaya konservasi ekosistem dan menghasilkan bucephalandra yang bebas patogen. (Dr. Media Fitri Isma Nugraha, S.P., M.Si., Ph.D., peneliti tanaman hias air tawar di Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat)