Trubus.id—Vanili organik menjadi buruan konsumen lantaran lebih aman untuk kesehatan. Menurut praktikus dan pekebun vanili di Bali, Ir. H.M. Zabidi, M.M., harga vanili organik tersertifikasi 25—50% lebih mahal.
Padahal budidaya vanili organik tidak jauh berbeda dengan konvensional. Sebelum menanam, lahan organik memerlukan penambahan kapur dolomit untuk menstabilkan dan memperbaiki unsur hara dalam tanah. Bila perlu tambahkan bekatul untuk meningkatkan kadar protein dalam media tanam.
Penggunaan pupuk pun dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapat. Zabidi memanfaatkan kotoran sapi, rumput laut, kulit telur, dan abu sekam sebagai bahan pupuk organik. Bahanbahan itu disterilkan di suhu 700C selama 2 jam.
Sterilisasi bertujuan mematikan benih atau biji gulma, rumput, cendawan, dan mikrob yang mungkin terbawa dalam bahan pupuk. Cara itu tidak merusak atau mengurangi unsur hara seperti nitrogen, fosfor, atau kalium.
Usai sterilisasi, Zabidi memfermentasi bahan-bahan itu selama 1 bulan. Kemudian ia menambahkan cendawan antagonis Trichoderma sp yang melindungi tanaman dari serangan cendawan Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang vanili (BBV).
Pada aplikasi lapangan, untuk lubang tanam, ia mencampurkan 1 kg pupuk dengan media tanam yang kemudian ditanami vanili. Pada tahun kedua berikan 2 kg pupuk yang dibenamkan sedalam 10 cm dengan jarak sekitar 25 cm mengelilingi batang tanaman.
Tahun ketiga dan seterusnya, ia memberikan 3 kg pupuk yang dibenamkan di sekitar batang tanaman. Setelah ditutup kembali dengan tanah, ia menyiram untuk menambah kelembapan yang berguna untuk perkembangan trichoderma.
Zabidi menjelaskan, penggunaan pupuk organik dapat mempercepat pertumbuhan tanaman vanili. Pada umur setahun, penggunaan pupuk organik menghasilkan 6—7 daun lebih banyak bila dibanding dengan budidaya konvensional. Hasil panen yang didapat oleh pekebun pun meningkat 25—50% lebih banyak dibandingkan budidaya non organik.
Selain meningkatkan kesuburan, pupuk organik itu juga melindungi tanaman dari rongrongan organisme pengganggu tanaman. Kandungan mikrob dalam pupuk dapat menangkal hama hingga 25%, sedangkan ketahanan terhadap penyakit mencapai 99%.