Jamur maitake teruji klinis sebagai antikanker.
Serangan kanker payudara tak pandang bulu. Seorang pria berusia 57 tahun pun tak luput dari cengkeraman penyakit maut itu. Semula ia menderita colloid carcinoma, salah satu jenis kanker payudara yang terbentuk akibat mukus atau lendir yang dihasilkan sel kanker. Kanker itu tergolong langka dialami seorang pria. Empat tahun berselang kanker itu bermetatesis alias menyebar ke paru-parunya hingga mencapai stadium IV.
Pada paru-paru pria itu terdapat dua titik kanker berdiameter 1,5 cm dan 3,8 cm. Namun, meski kondisinya sudah stadium lanjut, ia enggan menjalani kemoterapi. Pada 1989, ia memilih jalan penyembuhan lain dengan mengonsumsi 100 mg MD-fraction per hari. MD-fraction adalah senyawa aktif hasil ekstraksi dari jamur maitake temuan Prof. Dr. Hiroaki Nanba, Ph.D., guru besar emeritus Universitas Farmasi Kobe, Jepang.
Uji klinis
Penderita kanker itu juga mengonsumsi 6 g bubuk maitake dalam bentuk tablet setiap hari untuk membantu mengatasi kanker paru-paru yang dideritanya. Setelah mengonsumsi MD-fraction, kondisi kesehatan pria itu terus membaik. Ukuran kanker paru-paru yang besar berkurang hingga 3 cm dan yang kecil hilang sama sekali. Sayangnya kanker itu ternyata bermetastasis ke kelenjar limfa dan merenggut nyawanya pada Mei 1994.
Menurut Prof. Nanba kemampuan pasien bertahan hidup hingga 5 tahun tergolong menakjubkan untuk seorang pasien kanker stadium IV. Pria itu salah satu pasien kanker yang bersedia menjadi peserta uji klinis pada 1989 untuk menguji keampuhan MD-fraction sebagai suplemen antikanker atau antitumor. MD-fraction senyawa aktif polisakarida beta-1,6 glukan hasil temuan Prof. Nanba.
Dalam uji klinis itu sebanyak 36 pasien kanker stadium II—IV berusia 33—68 tahun bersedia menjadi peserta uji. Prof. Nanba bekerja sama dengan beberapa dokter di Jepang. Selain kanker paru-paru, ada juga pasien kanker hati peserta uji klinis yang kondisi tubuhnya membaik. Contohnya dialami seorang perempuan 47 tahun pengidap kanker hati stadium II.
Pada Maret 1994 ia memperoleh pengobatan dengan cisplatin (CDDP)—salah satu obat kemoterapi—berdosis 80 mg/m². Namun, pada Januari 1995 ia beralih mengonsumsi MD-fraction berdosis 50 mg dan 4 g bubuk maitake dalam bentuk tablet setiap hari, serta menghentikan kemoterapi. Setelah 2,5 tahun menjalani terapi, produksi interleukin 2 (IL-2) sang pasien meningkat 2,2 kali lipat.
Interleukin adalah salah satu dari beberapa limfokin (sitokin yang diproduksi limfosit) yang mempromosikan makrofag, sel T pembunuh, sel B, dan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh. Perempuan 45 tahun, pasien peserta uji klinis yang mengalami kanker payudara, juga merasakan faedah maitake. Di payudara perempuan itu terdapat tumor berukuran 1,8 cm.
Komplementer
Pengidap kanker payudara itu menjalani operasi pengangkatan tumor dan menjalani kemoterapi dengan obat 5-FU dan adriamycin (ADM) hingga Februari 1994. Namun, pada April 1994 kanker kembali terdeteksi. Benjolan berdiameter 0,9 cm kembali bersarang di payudaranya. Kali itu ia menolak untuk operasi dan lebih memilih terapi menggunakan maitake. Ia mengonsumsi 100 mg MD-fraction dan 5 g tablet bubuk maitake setiap hari.
Setelah 6 bulan menjalani terapi, dosis MD-fraction dikurangi menjadi hanya 50 mg per hari. Hasil pemeriksaan pada Mei 1995 tumor tidak terdeteksi lagi. Menurut Prof. Nanba, uji klinis untuk membuktikan khasiat maitake sejatinya tak hanya berlangsung di Jepang. Pada 1993 The Cancer Treatment Centers of America (CTCA) mulai mengobati pasien kanker dengan D-fraction dan MD-fraction.
Badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat, The Food and Drug Administration (FDA) mengabulkan permohonan penyelidikan penggunaan obat baru dari produk maitake. Diadakan studi percontohan fase II menggunakan MD-fraction terhadap pasien kanker payudara dan prostat tahap lanjut pada 1998. Studi itu berlangsung di Metabolic Associate di New Jersey, Amerika Serikat.
Tujuannya untuk mengevaluasi efek stimulasi sistem kekebalan tubuh oleh MD-fraction terhadap ukuran tumor, penanda tumor, tes imun, gejala klinis, dan kualitas hidup pasien. Dalam simposium bertajuk Adjuvant Nutrition in Cancer Treatment yang berlangsung di Tampa, Florida, Amerika Serikat, pada 1995, Prof. Nanba menyampaikan hasil uji klinis terhadap 165 pasien yang ia lakukan. Dalam uji itu Prof. Nanba memberikan 35—100 mg MD-fraction per hari, tablet bubuk maitake, dan obat kemoterapi standar.
Meski bukan uji yang menggunakan plasebo, hasil penelitian menunjukkan maitake berpengaruh lebih baik terhadap kanker payudara, paru-paru, dan hati (lihat ilustrasi). Menurut dr. Toto Imam Soeparmono, Sp.OG. K. Onk., meski jamur maitake teruji klinis di Jepang, bukan berarti maitake dapat digunakan sebagai obat kanker di Indonesia.
“Harus dilakukan uji klinis juga di Indonesia,” ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, itu. Oleh sebab itu dr. Toto tidak menganjurkan kepada pasien sebagai obat, tapi sebagai suplemen pelengkap atau komplementer bagi pasien kanker yang telah selesai menjalani terapi, seperti kemoterapi dan radiasi. “Tujuannya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien agar kondisinya lebih baik setelah menjalani terapi,” tuturnya.
Prof. Nanba menuturkan, MD-fraction dan tablet bubuk maitake dapat menjaga kualitas hidup pasien dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh sehingga membantu melawan sel kanker tanpa efek samping. (Imam Wiguna)