Peternak dapat memanfaatkan jeruk nipis, rumput laut, dan kitosan untuk mencegah penyakit aeromonas pada lele.
Trubus — Impian Muhammad Abu meraup laba dari penjualan lele kandas sudah. Dalam sebulan ribuan lele yang siap panen satu per satu meregang nyawa. “Semula kulit lele seperti mengelupas dan akhirnya ikan mati,” tutur peternak di Desa Tangkit, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, itu. Abu menduga gejala itu akibat serangan penyakit aeromonas. Ia berupaya mencegah antara lain menaburkan garam dan cuka ke dalam kolam, tetapi aeromonas tetap berulah.
Menurut Dr Dinamella Wahjuningrum dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu penyebab mewabahnya serangan bakteri aeromonas karena kualitas air menurun. Teknik budidaya lele dengan tingkat kepadatan tinggi salah satu penyebab kualitas air menurun. Kualitas air yang buruk menyebabkan sistem ketahanan tubuh ikan menurun.
Hindari antibiotik
Celakanya pada kondisi itu patogen juga mudah berkembang. Jadi klop, daya tahan ikan turun dan bakteri berkembang. Salah satu penyakit yang berbahaya adalah bercak merah atau sering dikenal dengan Motile Aeromonad 2 Septicemia (MAS). Biang keladi penyakit itu bakteri Aeromonas hydrophila. Tubuh ikan yang terserang penyakit berubah menjadi berwarna gelap. Kulit seperti terasa kering dan kasar, lalu melepuh.
Luka kulit bertambah parah hingga melukai jaringan otot. Borok itu berkembang menjadi tukak dan bertambah parah hingga tulang terlihat. Organ internal mengalami pendarahan, ginjal dan limpa berair. Ginjal dan hati membengkak dan menjadi lunak. Pada kasus di Thailand, ikan lele yang terinfeksi A. hydrophila berenang lambat, tidak mau makan, megap-megap di permukaan air, atau diam dan tampak lesu di dasar kolam.
Penyakit ini bersifat musiman dan cenderung meningkat selama musim panas. Menurut Dinamella serangan aeromonas sejatinya bukan wabah penyakit baru. Pada 1980-an terdapat kasus kematian puluhan ton ikan di Jawa Barat akibat serangan bakteri aeromonas. Menurut peternak lele di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Muhamad Reza Pahlevi, para peternak mengobati penyakit bercak merah menggunakan antibiotik.
Mereka menyuntikkan antibiotik ke ikan atau mencampurkan dalam pakan. “Namun, penggunaan antibiotik relatif mahal,” tutur alumnus Jurusan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor itu. Dinamella menuturkan penggunaan antibiotik juga tidak ramah lingkungan dan dapat menyebabkan resistensi terhadap bakteri. Itulah sebabnya kini banyak penelitian bahan-bahan alami sebagai pengganti antibiotik.
Jeruk nipis
Salah satu bahan alami yang berpotensi mencegah serangan aeromonas adalah jeruk nipis Citrus aurantifolia. Tanaman anggota famili Rutaceae itu populer mengatasi batuk hingga jerawat. Buah yang mengandung banyak air, vitamin C, asam sitrat, flavonoid, dan minyak asiri itu ternyata juga ampuh untuk membantu mengendalikan infeksi bakteri aeromonas pada lele. Itu terbukti pada penelitian Dewi Maharani dari Departemen Budidaya Perairan IPB.
Dalam penelitian itu Dewi melakukan uji LD50 untuk mengetahui tingkat kepadatan bakteri yang dapat menyebabkan 50% ikan mati dalam sepekan. Ia memasukkan lele ke dalam 4 akuarium masing-masing enam ekor. Ia lalu menyuntikkan larutan bakteri A. hydrophila secara intramuskular berdosis 0,1 ml per ekor. Hasil perhitungan LD50 menunjukkan konsentrasi bakteri A. hydrophila yang mematikan 50% lele dalam 7 hari adalah 105 cfu/ml.
Sementara itu dalam uji in vitro jeruk nipis terbukti sebagai antibakteri terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. Pemberian sari jeruk nipis pada air berkonsentrasi 5% efektif dan efisien menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat 7,8 mm. Zona hambat cenderung meningkat seiring meningkatnya dosis sari jeruk nipis. Zona hambat terbesar terlihat pada konsentrasi 80% dengan rata-rata zona sebesar 11 mm, lalu menurun kembali pada konsentrasi 100%.
Itu menunjukkan dosis 80% merupakan puncak aktivitas antibakteri dari sari jeruk nipis sehingga menghasilkan zona hambat terbesar. Dewi menduga terbentuknya zona hambat pada uji in vitro karena pengaruh tingkat keasaman (pH) sari jeruk nipis. Pada perlakuan dalam uji in vitro nilai pH berkisar 2,2—2,4, sedangkan A. hydrophila hanya mampu bertahan hidup pada pH 5,5—9. Faedah sari jeruk nipis menghambat pertumbuhan aeromonas juga diduga karena kandungan minyak asiri dan flavonoid.
Minyak asiri jeruk nipis mengandung senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein. Adapun flavonoid bersifat lipofilik atau larut dalam lemak sehingga diduga mampu merusak membran mikrob. Dari hasil uji in vivo, perlakuan pencegahan dengan dosis sari jeruk nipis berkonsentrasi 5% berpotensi mencegah infeksi bakteri A. hydrophila pada lele.
Rumput laut
Menurut Dewi kandungan flavonoid pada sari jeruk nipis berperan penting dalam pencegahan MAS. Flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka. Flavonoid juga mampu meningkatkan sistem imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat dihasilkan. Begitu juga dengan sistem limfe.
Dewi mengemukakan kandungan vitamin C yang tinggi dari jeruk nipis sangat berguna sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Vitamin A pada jeruk nipis juga dapat meningkatkan daya tahan kulit terhadap infeksi. Adapun protein berperan memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan atau memperbarui jaringan yang sudah tua. Bahan alam lain yang berfaedah mencegah serangan aeromonas adalah rumput laut Gracilaria verrucosa.
Natalia Puspasari dari Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB meriset efek pemberian ekstrak etanol rumput laut pada lele yang diinfeksi aeromonas dengan kepadatan 108 cfu/ml. Dalam penelitian itu Natalia membagi hewan uji ke dalam 5 kelompok. Pada kelompok A Natalia tidak menambahkan ekstrak rumput laut atau kontrol. Adapun pada kelompok B—E ia menambahkan ekstrak rumput laut pada pakan berdosis masing-masing 0,5, 1, 1,5, dan 2 g per kg pakan.
Hasil penelitian menunjukkan Gracilaria verrucosa cukup efektif untuk meningkatan sistem imun pada ikan lele. Dosis terbaik dari hasil penelitian ini adalah 1,0 g per kg pakan. Lele yang mendapat asupan ekstrak rumput laut pada dosis itu mengalami peningkatan parameter kesehatan, seperti total eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, diferensial leukosit, indeks fagositik, tingkat kelangsungan hidup, serta penurunan gejala klinis dan kerusakan organ dalam lele.
Natalia mengungkapkan pertumbuhan lele yang terinfeksi aeromonas kembali pulih karena rumput laut mengandung senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein, sedikit lemak, vitamin, betakaroten, dan mineral-mineral yang berperan dalam pertumbuhan. Kombinasi penambahan imunostimulan dari ekstrak G. verrucosa dan kandungan senyawa-senyawa pertumbuhan dalam pakan yang tinggi membuat pertumbuhan lele kembali optimal.
Kitosan
Menurut dosen Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Dr Sukenda, bahan alami lain yang potensial mengatasi serangan aeromonas pada lele adalah kitosan. Kitosan merupakan limbah perikanan yang berasal dari kulit hewan krustasea atau udang-udangan, yang telah mengalami demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi.
“Bahan dasar kitosan ini mudah diperoleh, tersedia dalam jumlah banyak, dan belum termanfaatkan secara optimal,” tuturnya. Menurut Sukenda kitosan juga sebagai sumber polimer alami yang memiliki bobot molekul tinggi, tidak beracun, dapat merangsang sistem imun, mempercepat penyembuhan luka, dan bersifat antibakteri. Itulah sebabnya Sukenda dan rekan menguji efek kitosan untuk mencegah penyakit aeromonas.
Hasil penelitian menunjukkan, pada hari ke-4—6 jumlah eritrosit kelompok lele yang diberi pakanyang mengandung kitosan pun meningkat. Itu berarti kitosan menghambat bakteri dalam memproduksi toksin dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan. Tujuh hari setelah pemberian kitosan, jumlah leukosit atau sel darah putih pada kelompok perlakuan kitosan 2 μg, 4 μg, dan 6 μg per g lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik yang melokalisasi dan menekan patogen melalui proses fagositosis. Hari ke-2 setelah penyuntikan aeromonas, jumlah leukosit dalam darah meningkat pada semua perlakuan. Hal itu karena leukosit berfungsi sebagai pertahanan dalam tubuh yang bereaksi dengan cepat terhadap masuknya antigen ke dalam tubuh ikan.
Pada hari ke-4 dan ke-6 terjadi penurunan kembali jumlah leukosit. Menurut Sukenda penurunan jumlah leukosit itu karena kondisi ikan yang terinfeksi bakteri menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Pemberian kitosan itu juga meningkatkan kadar hematokrit, haemoglobin, dan indeks fagositik ikan uji. Persentase limfosit, netrofil, monosit, dan trombosit ikan yang diberi kitosan juga lebih baik ketimbang kontrol.
Persentase tertinggi pada kelompok ikan yang diberi kitosan 6 μg/g. Hal itu menunjukkan peningkatan dosis kitosan pada lele memberikan proteksi lebih baik yang ditandai dengan peningkatan sintasan ikan. Para peternak sejatinya mudah memperoleh bahan-bahan alami seperti jeruk nipis, rumput laut, dan kitosan. Mereka bisa memanfaatkannya untuk mencegah atau mengatasi aeromonas yang mengganas. (Imam Wiguna)