Trubus.id—Anjar Wana memanen rata-rata 1—1,5 ton kopi beras (green bean) dari 1.500 tanaman kopi robusta per hektare. Pekebun kopi di Pekon Sidomulyo, Kecamatan Pagardewa, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, itu mengatakan, panen sebelumnya hanya 250—500 kilogram (kg). Peningkatan produksi kopi terjadi setelah Anjar meremajakan pohon kopi tua sejak 2017.
Semula ia mengelola kebun kopi varietas robusta lokal. Umur pohon rata-rata 20—30 tahun. Pohon anggota famili Rubiaceae itu juga tinggi hingga 4,5—6 meter. Itu menyulitkan petani ketika memanen buah.
Oleh karena itu, Anjar menyambung kopi lokal itu dengan varietas unggul seperti tugu sari, bagio, dan cipto marijo. Satu pohon disambung dengan jenis yang sama, rata-rata 1—2 sambungan.
Menurut Anjar seorang petani mampu menyambung 100 pohon per hari atau 8 jam kerja. Tanaman kopi robusta berbunga pada umur 8—9 bulan setelah penyambungan.

Menurut Anjar cara itu terbukti meningkatkan hasil panen 2—3 kali lipat. “Tanaman tua mesti diremajakan karena menurun produksinya,” ujar Anjar.
Peningkatan hasil panen juga dirasakan Deden Hidayat di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Setelah peremajaan produksi kopi Deden dan rekan petani di Kelompok Tani Arca Sejahtera mencapai 700—800 kg per hektare (ha). Hasil panen sebelumnya hanya 300—400 kg per ha.
Artinya hasil panen yang semula 0,5 kg/ tanaman menjadi 1 kg/tanaman. Deden meremajakan tanaman kopi robusta berumur puluhan tahun di lahan 20 ha. Satu ha lahan berpopulasi 700—800 tanaman setinggi 5 m.
Deden merejuvenasi tanaman kopi itu dengan menggunakan batang bawah varietas lokal. Sementara klon yang digunakan kopi varietas unggul. Teknik yang digunakan yakni dengan sambung pucuk.