Trubus.id—Perawatan intensif dan bibit unggul kunci sukses hasilkan domba ekor gemuk (DEG). Menurut peneliti di BSIP Unggas dan Aneka Ternak Ir Bambang Setiadi MS, bibit domba unggul dilihat dari sosoknya. “Pilih domba yang paling besar di antara domba lain yang seumuran,” kata Bambang.
Selain itu pakan juga penting untuk meningkatkan bobot tubuh domba. Sebagian peternak hanya memanfaatkan hijauan saja atau tanpa konsentrat. Bambang mengatakan pemberian pakan berupa hijauan saja tidak masalah.
“Lebih baik jika hijauannya bervariasi,” kata alumnus Jurusan Ilmu Ternak Institut Pertanian Bogor itu.
Setiap hijauan mesti memiliki kandungan nutrisi tersendiri. Misal untuk mendapat pasokan karbohidrat Anda dapat mengandalkan rumput odot, sedangkan kebutuhan protein berasal dari rumput raja.
Pemberian pakan hijauan 2 kali sehari pada pagi dan sore. Setiap ternak mengonsumsi 10—15% pakan hijauan dari bobot tubuh. Jadi domba berumur 30 kg mengonsumsi 3—4,5 kg pakan hijauan.
Selain itu, ternak juga dapat mengonsumsi pakan penguat berupa sumber serat non rumput seperti bungkil kelapa sawit sebanyak 2—3% dari bobot tubuh.
Pemberian pakan penguat sebelum pakan hijauan bertujuan meningkatkan jumlah protein pakan sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak. Untuk DEG jantan Anda dapat memberikan suplemen racikan sendiri.
Suplemen berguna meningkatkan kualitas semen dan performa ternak. Sebab ternak yang mendapat asupan suplemen diharapkan menjadi pejantan unggul. Agar perawatan ternak lebih mudah dan teratur Anda dapat menyediakan 5 kandang dengan fungsi berbeda.
Kandang itu meliputi kandang panggung, umbaran, kawin, baterai, dan karantina. Kandang panggung hunian tetap ternak. Di tempat itu ternak mendapat pakan dan minum. Kandang panggung mudah dibersihkan dari kotoran ternak.
Bentuk kandang panggung agak miring sehingga kotoran berupa padatan dan cairan langsung meluncur ke bawah dan masuk ke wadah yang tersedia. Sementara kandang karantina berisi DEG yang sakit.
DEG disebut juga domba sapudi karena karena banyak dibudidayakan di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2389/Kpts/LB.430/8/2012 domba sapudi salah satu rumpun domba lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di Provinsi Jawa Timur dan dibudidayakan turun-temurun.
Domba sapudi berasal dari Asia barat daya yang dibawa pedagang Gujarat pada abad ke18 ke daerah Lamongan, Pulau Madura, dan sampai di Pulau Sapudi. Selanjutnya masyarakat mengembangkan domba itu hingga sekarang.
Ruminansia kecil tidak bertanduk itu tipe domba penghasil daging dengan persentase karkas 52%. Keunggulan domba sapudi yaitu adaptif di kondisi lingkungan yang panas dan kering. Sebab, “Domba ekor gemuk berambut bukan wol sehingga aliran udara di tubuh relatif lancar,” kata Bambang.
Ia juga mengatakan DEG juga adaptif di lingkungan yang minim pakan karena memiliki ekor yang besar. DEG memanfaatkan cadangan nutrisi di ekor saat pasokan pakan sedikit. Ekor domba itu akan mengecil jika nutrisi di dalamnya tersisa sedikit.