Trubus.id–Jagung baru JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 menjadi harapan anyar petani. Musababnya mampu berproduksi tinggi dan adaptif di berbagai ketinggian lokasi tanam.
Jagung hibrida baru JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 itu merupakan hasil pemuliaan oleh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (Unhas), Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Muhammad Azrai, S.P., M.P.
Penelitian lanjutan mengenai uji multilokasi oleh peneliti utama Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pangan dan Pertanian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. I Gusti Komang Dana Arsana, S.P., M.Si.
Menurut Gusti jagung JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 merupakan hasil seleksi yang memiliki nilai produksi unggul dari 10 aksesi lainnya.
Produksi jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 memiliki nilai yang tidak berbeda signifikan. Rata-rata sekali panen mampu menghasilkan 10 ton jagung kering pipil dengan kadar air 14%.
Bandingkan dengan rata-rata panen jagung yang ada di Provinsi Bali sebelumnya yakni 5—6 ton per ha. Menurut Gusti JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 adaptif di berbagai ketinggian.
Ia pernah melakukan uji multilokasi di berbagai ketinggian (15—1.000 m dpl). Mulai di dataran rendah di sekitar Kota Denpasar dengan ketinggian 15 m dpl.
Selanjutnya penanaman di dataran menengah di Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, pada ketinggian 250—300 m dpl. Terakhir di dataran tinggi 1.000 m dpl di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
Ketiga uji multilokasi itu ada di Provinsi Bali. “Sebenarnya apabila jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 ditanam di lahan subur produksinya jauh lebih tinggi,” ujar Gusti. Lahan yang digunakan sebagai uji multilokasi tergolong kurang subur.
Namun, jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 terbukti tetap menghasilkan produksi yang tinggi dibandingkan dengan varietas yang ditanam petani sebelumnya.
Jagung segar hibrida baru itu memiliki kadar air 21%—25%. Setiap biji memiliki tekstur yang padat.
“Artinya biji itu memiliki kualitas yang baik karena tidak kopong pada bagian dalam,” ujar Gusti.
Beberapa varietas jagung sebelumnya memiliki ukuran biji yang besar tetapi kopong pada bagian dalam. Jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 memiliki umur panen 110—120 hari setelah tanam (hst).
Semakin tinggi lokasi maka umur panen semakin lama. Saat ini perbanyakan benih jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 masih dalam proses.
Gusti melakukan penelitian jagung hibrida unggul itu untuk mendukung program pemerintah. Jagung merupakan salah satu komoditas untuk mendukung ketahanan pangan.
“Banyak petani yang meminta benih, sayang jumlahnya masih terbatas,” ujar Gusti.
Perlu dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk perbanyakan benih jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 sehingga llebih banyak petani yang bisa menanam jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06.
Foto:Jagung hibrida JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 memiliki umur panen 110—120 hst. Kredit : Dok. I Gusti Komang Dana Arsana