Varietas ayam pedaging baru, panen 30 hari lebih cepat dan hemat pakan.

Naryanto biasanya memanen ayam kampung saat berumur 3 bulan atau 90 hari. Pada umur itu bobot hidup ayam mencapai 800—1.000 g per ekor. Kini peternak ayam kampung di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu memanen ayam kampung berbobot sama lebih cepat, yakni hanya 60—70 hari. Naryanto memanen ayam lebih cepat setelah beralih membudidayakan ayam kampung varietas baru.
Nama ayam itu sentul seleksi-1 agrinak (sensinak) hasil pemuliaan Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Menurut Naryanto keunggulan lain ayam sensinak memiliki feed convertion ratio (FCR) atau rasio konversi pakan antara 2,3—2,5. Artinya untuk mencapai bobot 1 kg perlu 2,3—2,5 kg pakan. Nilai FCR itu lebih kecil daripada ayam kampung biasa yang mencapai 3.
Lebih menguntungkan
Dengan begitu Naryanto dapat menghemat biaya pakan hingga 16,7—23,3%. Ia menjual ayam sensinak Rp35.000 per kg, sama dengan harga ayam kampung pada umumnya. “Dengan waktu panen lebih cepat dan FCR lebih rendah, tentu lebih menguntungkan,” kata Naryanto. Pemulia ayam sensinak, Prof Dr Ir Sofjan Iskandar MRurSc, menuturkan sensinak merupakan hasil seleksi ayam sentul yang berasal dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Tampilan fisik ayam sentul tergolong tipe aduan yang gagah, berpostur tinggi, serta berkaki panjang. Konon dalam cerita rakyat yang disampaikan secara turun-temurun, ayam sentul merupakan salah satu keturunan ayam kelangenan Ciung Wanara, anak Raja Kerajaan Galuh dengan Dewi Naganingrum. Karena sosok yang gagah itulah masyarakat banyak menggemari ayam sentul.

Kini para peternak memelihara ayam sentul sebagai penghasil daging dan telur. Sofjan menyeleksi ayam sentul sejak 2010. Pada 2016 ia menghasilkan ayam sensi-1 agrinak {sensinak} sebagai galur ayam pedaging lokal pertama di Indonesia. Sensinak tersebar di kalangan peternak di seluruh Indonesia. Menurut Sofjan keunggulan sensinak berpostur seragam, sekitar 88%, juga kecepatan tumbuh yang tinggi.
Hasil penelitian Sofjan menunjukkan bobot hidup sensinak pada umur 70 hari mencapai 800—1.000 g per ekor. Bobot itu lebih tinggi daripada bobot ayam pada kelompok populasi dasar yang hanya mencapai 627 g per ekor pada umur sama. “Untuk mengejar pertumbuhan tentunya peternak harus memperpanjang masa budidaya sehingga menambah biaya produksi,” tutur peneliti utama pakan dan nutrisi ternak Balitnak itu.
Dalam penelitiannya, Sofjan menghitung nilai FCR ayam sensinak antara 2,5—3. Angka itu diperoleh bila peternak menggunakan pakan standar dengan kebutuhan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan ayam saja. Nilai FCR bisa lebih rendah, seperti yang dialami Naryanto yaitu 2,3—2,5, karena menggunakan pakan bernutrisi tinggi khusus untuk ayam pedaging.
Budidaya intensif

Keunggulan lain, “Ayam sensinak lebih tahan penyakit dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat. Vitamin cukup diberikan saat pemindahan tempat ketika pembesaran untuk menekan tingkat stres pada ayam,” tutur Sofjan. Itulah sebabnya daya hidup sensinak tergolong tinggi, yakni mencapai 97,22%. Ayam sensinak memiliki dua varian warna, yaitu abu-abu dan putih bercak hitam (pucak).
Perbedaan warna itu tidak mempengaruhi karakteristik kecepatan tumbuh dan FCR. “Secara kebetulan kedua warna itu juga yang disukai masyarakat,” kata Sofjan. Untuk menghasilkan ayam kampung berkualitas, Sofjan menyarankan para peternak merawat secara intensif. Berikan beberapa vaksinasi, seperti vaksin untuk penyakit marek’s, newcastle deseas (ND) yang dikombinasikan dengan vaksin infectious bronchitis (IB), dan gumboro.

Tujuannya untuk menjaga kesehatan ayam. Sebaiknya berikan ransum berkualitas yang mengandung 17,5% protein kasar dengan jumlah energi 2.800 kkal ME/kg, 0,9% kalsium, 0,5% fosfor, 0,9% asam aminoi-lisin, dan 0,4% asam amino methionine. Peternak dapat memperoleh sumber nurtisi itu dari ransum komersial, seperti dedak padi, jagung giling, bungkil kedelai, vitamin, mineral, dan herbal antitoksik.
Menurut teknisi penelitian di Balitnak, Pujianto, ayam sensinak merupakan jenis ayam kampung yang mudah perawatannya. Untuk peternakan berskala besar, Pujianto menyarankan untuk memperhatikan beberapa hal, seperti kesehatan dan manajemen kandang. “Kandang harus steril,” tuturnya. Semua yang masuk ke area kandang harus bebas penyakit.
Caranya dengan penyemprotan desinfektan atau menggunakan pakaian khusus bagi setiap orang yang memasuki area kandang. Pencegahan itu wajib dilakukan karena banyak penyakit ayam yang dapat terbawa manusia. “Bila tidak melalui sterilisasi dapat menyebarkan penyakit pada ayam lain,” kata Pujianto. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bentuk kandang, nutrisi, pakan, vaksin, dan kenyamanan.

“Ayam tidak boleh stres karena dapat menyebabkan produktivitas ayam turun,” kata Pujianto. Saat ini Balitnak menyediakan bibit indukan sensinak untuk dikembangbiakkan oleh para peternak. Ayam yang dibudidayakan peternak berpeluang terjadinya inbreeding (perkawinan sesama). Menurut Sofjan peluang inbreeding negatif yang menghasilkan keturunan berkualitas rendah sangat kecil, yakni hanya 0,02%.
Itu karena kemampuan reproduksi sensinak sangat tinggi sehingga banyak menghasilkan anakan. Dengan begitu persilangan acak pun lebih tinggi sehingga dapat menekan inbreeding negatif. Sofjan malah menyarankan terjadinya inbreeding agar galur murni tetap terjaga dan mempunyai karakteristik yang seragam. Itu khusus pada ayam dan tak berlaku bagi hewan lain. (Muhammad Awaluddin)