Friday, April 19, 2024

Per Gram Rp98,1-Juta

Rekomendasi
- Advertisement -

Pohon gandapura dibiarkan tumbuh liar tanpa perawatanNamanya masih asing: gaulterin. Harganya wow… melebihi  emas 24 karat: Rp98,1-juta per gram.

Dari jarak belasan meter, kita bisa mencium aroma wangi gandapura. Aroma wangi itu berasal dari daun, bukan bunga seperti aroma kenanga Cananga odorata. Sejatinya semua bagian tanaman menguarkan aroma harum, tapi paling harum justru daun. Daunnya yang wangi menjadi bahan baku minyak asiri yang berhasiat antara lain untuk aromaterapi, mengatasi pegal linu, keseleo, encok, masuk angin, gangguan pencernaan, sampai aspirin alami—untuk menghilangkan rasa sakit.

Sudah harum, berkhasiat, harganya pun menjulang. Harga minyak gandapura murni hasil sulingan pada Mei 2009, mencapai Rp1,4-juta per liter di tingkat penyuling. Sayang, kehadiran berbagai produk dengan fungsi sama menggeser minyak gandapura. Pamor wintergreen oil asal tanahair agak redup seiring kehadiran komoditas sejenis yang berasal dari hasil sintesis. Berselang setahun, harga anjlok menjadi Rp900.000 per liter. Untuk memperoleh 1 liter minyak, produsen memerlukan 110—150 kg daun atau rendemen 0,6—0,9%.

Senyawa gaulterin

Sejatinya ada kandungan senyawa aktif dalam minyak gandapura yang belum tergantikan oleh zat sintetis, yaitu zat berjuluk gaulterin. Sebuah laman dunia maya menawarkan gaulterin produksi China seharga US$218 per 20 mg alias US$10.900 setara Rp98,1-juta per gram. Khasiat gaulterin beragam, mulai dari sekadar meringankan mabuk kendaraan sampai mengatasi gangguan pencernaan akibat masuk angin. Singkatnya hampir sama dengan khasiat minyak gandapura, bedanya hanya memerlukan dosis yang jauh lebih rendah. Sederhananya, gaulterin adalah “gudang amunisi” minyak gandapura. Minyak hasil metabolisme pohon Gaultheria fragantissima itu tersusun atas metil salisilat yang terkunci dalam ikatan konjugasi oleh lemak sederhana.

Sebagian besar kandungan metil salisilat minyak gandapura berada dalam bentuk gaulterin. Ketika jaringan tumbuhan rusak, oksigen dalam udara menguraikan lemak sederhana yang mengunci zat metil salisilat. Enzim gaulterase mempercepat proses itu. Proses itu menghasilkan aroma menyengat dan sensasi panas yang seketika menyergap si perusak daun, seperti  serangga, unggas, atau mamalia pemakan daun. Itu pula yang menjadi masalah dalam ekstraksi gaulterin.

Tanpa teknologi khusus, pembuatan 1 g gaulterin memerlukan bahan baku setidaknya 4 kg daun segar, alias rendemen hanya 0,025%. Oleh karena itu perlu rancangan proses ekstraksi yang tidak memicu aktivasi gaulterase maupun penguraian kunci lemak sederhana. Untuk mencegah pengaktifan gaulterase, ekstraksi mesti menggunakan pelarut polar, mulai dari air panas bersuhu 1000C, alkohol, metilen klorida, atau asetonitril. Penggunaan air panas tidak praktis lantaran rancangan struktur alat ekstraktor mesti menyediakan tempat untuk pemanas.

Sementara memanfaatkan metilen klorida dan asetonitril juga tidak murah. Harga seliter metilen klorida Rp1,042-juta; asetonitril, Rp1,173-juta. Padahal keperluannya relatif banyak: ekstraktor berkapasitas 25 kg memerlukan 250 l pelarut per proses. Jika memroses 1 ton daun atau bunga, biaya pelarut akan sangat mahal. Itu sebabnya, etanol 95%—yang tergolong alkohol—dengan harga hanya Rp20.000 per liter menjadi alternatif terbaik.

Ekstraksi

Selain tidak mengaktifkan gaulterase, alkohol sekaligus mampu mengikat dan menarik gaulterin dari daun dan bunga gandapura. Penggunaan pelarut etanol terbukti menjadikan rendemen meningkat fantastis: 14,46%. Artinya pemrosesan setiap 100 kg daun segar menghasilkan hampir 15 kg gaultherin. Dengan kata lain, terjadi peningkatan 578 kali lipat.

Untuk hasil terbaik, pilih daun yang benar-benar muda dan segar. Cirinya, daun berwarna hijau muda serta segar. Pascapemetikan, sesegera mungkin masukkan daun ke ekstraktor lalu tambahkan etanol 95% sebagai pelarut. Tujuannya mencegah aktivasi enzim gaulterase. Tabung ekstraktor mesti terbuat dari aluminium setebal 2 mm agar higienis dan tidak terkorosi.

Tabung itu masih terbungkus dengan jaket berbahan alumunium yang didalamnya terdapat media pemanas. Jaket itu menghambat kehilangan panas pada saat proses ekstraksi, mirip jaket yang kita kenakan saat suhu dingin. Sebuah pencacah di dasar ekstraktor berperan melumat daun hingga berukuran 0,5 cm agar kandungan gaulterin terperah optimal. Di dalam tabung ada pengaduk untuk mempercepat percampuran (lihat ilustrasi).

Keduanya berputar dengan kecepatan berbeda: pencacah 125 rotasi per menit (rpm); pengaduk, 75 rpm. Tujuannya mengoptimalkan proses pencacahan dan pengadukan daun. Putaran terlalu lambat mengakibatkan enzim gaulterase keburu terbentuk; terlalu cepat, tidak efisien karena memerlukan motor penggerak yang lebih kuat.

Untuk meringkas konstruksi, pencacah dan pengaduk digerakkan oleh sebuah motor. Kekuatan motor tergantung kapasitas tabung ekstraktor. Sebagai contoh, ekstraktor berkapasitas 25 kg daun memerlukan motor listrik dengan kekuatan torsi 42 Nm alias berdaya 745 watt. Itu setara mesin genset berkekuatan 1 tenaga kuda. Semakin besar kapasitas ekstraktor, kekuatan motor pemutar juga harus semakin besar. Tabung ekstraktor juga dilengkapi dengan pengendali derajat keasaman untuk mempertahankan pH di angka 8.

Berbagai riset sebelumnya  menunjukkan proses pemisahan terbaik berlangsung di suhu 400C dan pH 8. Itu sebabnya perlu pemanas untuk menjaga keajekan suhu. Pilihan pemanas beragam: listrik, gas, kayu bakar, sampai oli bekas. Yang penting mampu menjaga suhu sampai 400C selama proses ekstraksi. Setelah proses 60 menit, terbentuk ekstrak dengan ampas yang mengendap. Untuk memisahkan ampas, gunakan saringan 200 mesh, endapkan dengan sentrifugasi (pengendapan putar, red), atau diamkan dalam tabung pisah sampai endapan dan cairan terpisah oleh gravitasi.

Pisahkan cairan, panaskan pada 800C hingga berupa serbuk yang bebas dari etanol. Jika etanol akan digunakan kembali, panaskan dalam alat suling. Hasil akhir proses itu adalah serbuk gaulterin yang berharga. Setiap gram gaulterin laku seharga US$10.900 setara Rp98,1-juta. Jauh melebihi harga seliter minyak gandapura yang hanya US$1.467. (Mohamad Endy Yulianto dan Hermawan Dwi Ariyanto, pengajar mata kuliah Teknik Separasi dan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Demi Energi Bersih Mahasiswa ITB dan IKN Nusantara Bangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya  (PLTS)

Trubus.id—Kolaborasi Mahasiswa Institut Teknologi Bandung  (ITB) bersama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hasilkan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img