Tuesday, May 21, 2024

Sagu Baruq Asal Sangihe

Rekomendasi
- Advertisement -
Sagu merupakan salah satu makanan pokok penduduk Indonesia.
Sagu merupakan salah satu makanan pokok penduduk Indonesia.

Sagu baru dari Kepulauan Sangihe adaptif di lahan kering, curam, bahkan nyaris tegak lurus.

Masyarakat Pulau Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, mengonsumsi sagu sebagai makanan pokok dari generasi ke generasi. Wajar kalau pulau yang terletak di antara Sulawesi dengan Mindanao, Filipina, dan berada di bibir Samudera Pasifik itu menyimpan sagu unggul yang oleh masyarakat setempat dinamai baruq. Baruq merupakan tanaman endemik yang memproduksi sagu atau pati.

Sagu baruq Arenga macrocarpa berbeda spesies dengan sagu rumbia atau Metroxylon sp. Makanan asli masyarakat Kepulauan Sangihe itu justru berkerabat dekat dengan aren Arenga pinnata. Baruq tumbuh baik di lahan kering, bahkan mampu tumbuh di lereng curam nyaris tegak lurus hingga kemiringan 70o. Pohon yang membentuk rumpun itu mempunyai perakaran yang mampu mencengkeram tanah dengan kuat. Itulah sebabnya baruq menekan penghanyutan lapisan tanah permukaan dan memperkecil aliran permukaan tanah.

Aren, kerabat sagu baruq.
Aren, kerabat sagu baruq.

Unggul
Bandingkan dengan sagu biasa yang memerlukan tempat tumbuh di lahan basah seperti lahan gambut. Keistimewaan itu menarik perhatian periset Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitpalma). Para periset di lembaga itu meneliti sagu aren sejak dekade 1980. Pada 2010—2013 penelitian dilanjutkan oleh Ir Elsje S Tenda MS, Ir Miftahorrachman, dan Engelbert Manaroinsong SP MSi dari Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado.

Hasilnya sagu baruq potensial untuk dikembangkan. Akhirnya pada 13 Oktober 2014, Menteri Pertanian melepas sagu baruq sebagai varietas unggul. Pohon yang mampu tumbuh di ketinggian 0—600 meter di atas permukaan laut (m dpl) itu berbatang kecil, keliling 45,41 cm—setara diameter 14,46 cm. Ukuran itu menjadikan pohon relatif langsing. Namun, menurut peneliti dari Universitas Kochi, Jepang, kualitas sagu baruq cukup baik (lihat tabel: Kandungan Sagu Baruq).

Setiap pohon mampu menghasilkan pati basah hingga 71,97 kg, setara 43,18 kg kering. Sehektar lahan dengan populasi 200 tanaman menghasilkan 8.606 kg pati kering. Budidaya baruq terbilang mudah. Untuk mengebunkan, jarak tanam ideal adalah 7 m x 7 m. Selain untuk ditanam di perkebunan, bentuk pohon yang ramping memungkinkan baruq ditanam di pekarangan sebagai penghias atau pembatas lahan.

Panen sagu baruq berumur 10 tahun.
Panen sagu baruq berumur 10 tahun.

Kemampuan beradaptasi di lahan kering atau tanah mineral membuat peluang pengembangannya lebih luas. Syaratnya mempunyai iklim basah dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm per tahun pada ketinggian 0—500 m dpl. Berbeda dengan sagu Metroxylon yang hanya mampu tumbuh di lahan berair atau rawa. Sagu dari Sangihe itu termasuk jenis pleonantik, yaitu berbunga dan berbuah dua kali sepanjang hidupnya.

Ciri lain sagu pleonantik adalah rendah kandungan pati. Rendemen tepung sagu baruq minim, hanya 71,97 kg segar setara 43,18 kg kering. Bandingkan dengan sagu biasa yang mempunyai rendemen tepung 90—325 kg segar setara 54—195 kg kering dengan kandungan karbohidrat hampir 87%.

Lahan kering
Baruq berbentuk pohon tunggal itu siap panen di umur 10 tahun. Sagu baruq bisa tumbuh hingga 15,37 m dengan batang bebas daun 9,61 m. Keunggulan lain dari jenis itu adalah tahan terhadap penyakit. Itu terlihat dari tidak ditemukannya serangan hama dan penyakit yang merugikan pada tanaman. Perbanyakan sagu baruq dengan sucker atau anakan yang tumbuh di pangkal pohon. Setiap rumpun sagu terdapat 13,43 sucker.

Pengepakan pati basah sagu baruq yang siap dijual
Pengepakan pati basah sagu baruq yang siap dijual

Namun, untuk pembibitan, hanya dapat diambil 5—7 anakan untuk dijadikan bibit. Sifat perakaran yang kuat mampu mencengkeram tanah dan dapat tumbuh pada lahan curam, bisa dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi serta pemulihan lahan kritis seperti lahan bekas tambang batubara. Pohon yang siap tebang dapat dicirikan dengan pembentukan daun yang mulai memendek dan mulai keluar bunga pertama.

Pati sagu baruq sebagaimana sagu Metroxylon umumnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Pemanfaatan pati sagu berkembang lebih luas, yaitu untuk pembuatan gula cair, penyedap makanan atau monosodium glutamat, mi, karamel, sagu mutiara, kue cracker, keperluan rumah tangga, industri perekat, dan industri lainnya.

Dengan perkembangan teknologi ternyata pati sagu dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan plastik (biodegradable plastic) dan sebagai bahan pengisi perekat kayu lapis. Selain itu, pati sagu mempunyai potensi dan prospek yang baik sebagai substrat fermentasi aseton-butanol-etanol sebagai bahan bakar nabati pengganti bensin. (Ir Elsje T. Tenda, MS, peneliti utama di Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado, Sulawesi Utara)

VEL GABUNG.pdf

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknologi Desalinasi Air Laut Berpotensi Atasi Krisis Air di Pantura

Trubus.id—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img