Trubus.id—Inovasi ragam olahan buah naga menjadi penyelamat saat panen raya. Musababnya dapat meningkatkan nilai jual. Itulah yang tengah ditekuni pemuda asal Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Ahmad Maulana, S.E.I.
Sejumlah riset dan pengembangan produk pun ia lakoni hingga tercetus ide olahan seperti sale buah naga dan buah kering (dry fruit). Ia melakukan riset sale buah naga terus menerus sejak Januari 2024 dan mulai memasarkan pada April 2024.
Saban bulan ia menjual sekitar 1,3 kuintal sale buah naga dengan harga Rp20.000 per 100 gram untuk konsumen akhir dan agen Rp15.000 per 100 gram.
Untuk pemasaran Alan bermitra dengan 270 toko oleh-oleh dan pasar swalayan yang tersebar di Jawa Timur (Surabaya, Jember, dan, Malang), Bali, dan Jawa Tengah (Solo) dengan skema business to business.
Ia juga memiliki toko oleh-oleh sendiri. PT Oreng Osing Banyuwangi—nama usaha Alan— menyerap slice buah naga kering dari dua Kelompok Wanita Tani (KWT) beranggota 17 orang.
Pembuatan sale itu relatif sederhana. Mula-mula pekerja mengupas dan mengiris buah naga hingga ukuran 0,7 cm. Selanjutnya, pengeringan selama 2—3 hari menggunakan solar dryer. Saat musim hujan pengeringan juga dengan dehidrator.
Selanjutnya Alan membeli sale kering itu dari petani mitra. Lantas ia mencampurkan tepung racikan sendiri dan mengolah menjadi sale buah naga siap kemas dan jual.
Menurut Alan kunci mengolah sale buah naga juga dengan cairan tertentu yang mengubah glukosa menjadi pati, agar tidak mudah hancur saat pengeringan.
“Sebenarnya saya bisa serap buah naganya langsung dan membuat sale sendiri. Namun, kita ingin memberikan value lebih ke petani atau KWT,” ujar ketua Koperasi Petani Milenial Banyuwangi itu.
Alan bisa membeli sale buah naga dari petani Rp25.000 per kg. Bandingkan dengan penjualan buah naga grade C saat panen raya hanya Rp1.000 per kg.
Artinya Alan dapat menyelamatkan hasil panen buah naga itu yang lazimnya menjadi pakan ternak. Setiap 1 kg buah naga kering untuk sale berasal dari 13 kg segar atau rendemen 13:1. Setidaknya setiap bulan untuk sale saja Alan dapat menyerap 1,3 ton buah naga segar grade C dari 2 kelompok tani di Banyuwangi.
Untuk menjaga pasokan ia juga melakukan contract farming sejak Maret 2024 dengan petani. Ia menuturkan bahwa dari beberapa jenis, buah naga organik paling bagus, karena keset dan kadar air tidak banyak sehingga cocok untuk olahan sale buah.
Selain sale Alan juga mengolah buah naga menjadi dodol, bagiak—kue tradisional dari tepung umbi garut—buah naga, dan buah kering sejak Desember 2024. Buah naga kering menggunakan mesin vacuum frying.
Ia bekerja sama dengan pemilik vacuum frying di Banyuwangi, tujuannya untuk menghidupkan kembali mesin pengering itu yang belum teroptimalisasi.
“Dalam tingkatan perkeripikan, buah naga menjadi komoditas paling sulit. Memang airnya banyak,” ujar Alan. Ia menjual buah naga kering Rp200.000 per kg.
Total jenderal kapasitas olahan buah naga mencapai 2 ton per bulan. Alan menuturkan bahwa buah naga merupakan komoditas hortikultura andalan Banyuwangi. Pasalnya kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu menyuplai 70% pasokan nasional.
Sayang saat panen raya yakni Desember— Maret kerap kelebihan produksi. Imbasnya harga jatuh. Saat panen raya untuk grade A itu paling tinggi Rp6.000 per kg, grade B (Rp3.000 per kg), dan grade C (Rp500—1.000 per kg). Pada musim lain rata-rata Rp15.000 per kg. Saat pasokan kurang bisa Rp25.000—Rp30.000 per kg