Trubus.id–Peternak trigona di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, Willy menyebut saat bulan puasa permintaan madu trigona berpotensi melonjak. Menurut Willy untuk wilayah Kepulauan Bangka Belitung peningkatan sekitar 20% dibanding bulan lain.
Harap mafhum bulan puasa kerap menjadi momen masyarakat peduli kesehatan dan kebugaran. Mengonsumsi madu trigona salah satu upaya masyarakat menjaga kesehatan tubuh itu.
Peningkatan permintaan madu trigona juga dirasakan peternak lebah trigona di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Teguh Waluyo.
“Permintaan madu bisa dua kali lipat ketika bulan puasa dan pekan liburan,” kata ungkapnya.
Ia mengaku relatif kesulitan memenuhi permintaan yang melonjak saat puasa. Musababnya kapasitas produksi baru sekitar 30 liter madu per dua bulan. Produksi itu berasal dari 60 log (batang kayu tempat koloni lebah).
“Permintaan sejatinya 2—3 kali lipat lebih banyak daripada produksi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Teguh berencana menambah 30 log untuk memenuhi permintaan. Menurut Teguh harga madu sangat stabil.
“Pada Maret 2023 menjelang puasa Ramadan harga madu nirsengat di tingkat peternak mencapai Rp150.000 per 200 ml dan Rp300.000 per 500 ml,” ujar Teguh.
Willy melihat bisnis madu trigona masih berprospek bagus dan terus berkembang pada masa mendatang.
Permintaan madu juga kian meningkat saat musim hujan tiba. Pembudidaya madu trigona di Kabupaten Ogan Kemiring Ulu, Sumatra Selatan, Nurhidayat, menuturkan saat musim hujan produksi menurun.
“Penurunan 50—60% bahkan ada log yang tidak berproduksi sama sekali,” ungkapnya.
Pemicu permintaan tidak terpenuhi itu karena koloni lebah enggan mengambil nektar bunga saat hujan. Tentu saja produksi juga menurun saat curah hujan tinggi pada November—Februari.
Meski begitu, menurut Hidayat saat musim hujan hanya produksi yang melambat, mutu madu tetap baik. Ia menuturkan waktu terbaik produksi madu saat musim panas (Juli—September).
“Produksi saat musim panas 1 log menghasilkan 1 liter madu per bulan,” kata pembudidaya trigona sejak 2020 itu.
Total jenderal di Desa Lekisrejo, Kecamatan Lubukraja, Kabupaten Ogan Kemiring Ulu, Sumatra Selatan, terdapat 1.000 log produksi lebah lanceng. Hidayat mengelola 66 log dengan hasil panen 400—1.000 ml per log selang panen 1—2 bulan.
“Saat musim panas permintaan relatif terpenuhi, sedangkan musim hujan produksi tidak mencukupi permintaan,” ujar Hidayat.
Ia menuturkan berbisnis madu tidak melulu masalah meningkatkan pasokan, mesti juga menjaga kualitas produk demi menjaga kepercayaan konsumen.