Monday, September 16, 2024

Cegah Kasus Tengkes (Stunting) pada Tiga Fase Ini

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Pengerdilan atau tengkes (stunting) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi itu terutama diperhitungkan dalam 1.000 hari pertama kehidupan setara tiga tahun.

Kejadian  tengkes di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mencapai 24,4% atau 5,33 juta balita pada 2021. Meski angka itu menurun dibandingkan dengan 2020 (26,92%), tetapi masih melampaui batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20%.  Pencegahan kerdil dapat dilakukan pada tiga fase.

Fase pertama

Fase pertama ketika anak dalam kandungan. “Konsumsi gizi seimbang berupa makanan pokok, lauk-pauk yang bersumber dari hewani dan nabati, sayuran, buah-buahan, dan air putih menjadi kewajiban,” kata dosen di Program Studi Gizi Universitas Sahid Jakarta, Khoirul Anwar, S.Gz, M.Si.

la mengatakan, ibu hamil sering berisiko anemia, sehingga dibutuhkan asupan zat besi dan asam folat yang cukup.

Daun Moringa oleifera—masyakarat menyebutnya kelor—bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk mencegah anemia. Riset Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy dan rekan membuktikan, konsumsi ekstrak daun moringa dan madu meningkatkan hemoglobin (Hb) pada ibu hamil.

Periset dari Jurusan Keperawatan Universitas Malahayati Bandar Lampung itu mengatakan, kadar Hb meningkat setelah konsumsi dua kapsul dua kali sehari. Sekapsul terdiri atas 500 mg bubuk daun moringa.

Fase kedua

Fase kedua ketika anak usia 0—6 bulan. Saat itu masa pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif. Khoirul mengatakan, kadangkala ada beberapa kondisi yang mengakibatkan produksi ASI terhambat.

Master Ilmu Gizi alumnus Institut Pertanian Bogor itu mengatakan, konsumsi bahan pangan tertentu dapat meningkatkan produksi ASI. Ia menuturkan, daun moringa membantu produksi ASI.

Adapun alternatif lainnya untuk variasi yakni dapat mengonsumsi daun katuk, daun torbangun, dan daging ikan gabus. Daun katuk mengandung laktagogum dan prolaktin yang baik untuk merangsang produksi ASI.

Torbangun mengandung alkaloid, flavonoid, dan tanin. Adapun yang terkandung yakni mineral, seperti zat besi, kalium, seng, dan magnesium.

Ikan gabus merupakan salah satu bahan pangan potensial karena kandungan proteinnya yang tinggi. Protein meningkatkan kualitas ASI yang bermanfaat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Fase ketiga

Adapun fase ketiga yakni ketika anak berusia lebih dari 6 bulan—2 tahun. Pada usia itu anak mulai dikenalkan dengan makanan di luar ASI atau biasa disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

“Pada fase itu kebutuhan anak meningkat tetapi kandungan gizi ASI cenderung menurun, sehingga membutuhkan makanan pendamping,” kata Khoirul.

la mengatakan, rekomendasi bahan pangan untuk MP-ASI dapat disesuaikan dengan preferensi anak dan dari rekomendasi dokter. Selain nutrisi, hal yang perlu diperhatikan adalah tekstur makanan.

Usia 6—9 bulan baiknya bubur kental, yakni dapat dari buahan-buahan seperti pisang, pepaya, dan buah naga yang dihaluskan. Adapun pada usia 9—12 bulan tekstur makanan dapat ditingkatkan kekasarannya yakni dengan dicincang.

la mengatakan, rekomendasi bahan pangan untuk MP-ASI dapat disesuaikan dengan preferensi anak dan dari kebutuhan gizi anak serta rekomendasi dari ahli gizi atau dokter. Selain asupan gizi, hal yang perlu diperhatikan adalah tekstur makanan.

Usia 6—9 bulan baiknya bubur kental, yang dapat menggunakan prinsip empat bintang yaitu mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayuran. Bayi juga dapat diberikan buah-buahan yang dihaluskan.

Upaya pencegahan kerdil sebuah keharusan karena bila dibiarkan berisiko pada anak pada masa mendatang seperti perkembangan otak terhambat, kecerdasan tidak optimal, dan anak rentan terserang penyakit.

Secara akumulatif masa mendatang produktivitas sumber daya manusia menurun. Faktor penyebab kerdil multidimensi. Pasalnya kondisi gagal tumbuh pada anak itu tidak hanya disebabkan faktor gizi pada anak dan orangtua, tetapi ada beberapa faktor lainnya.

Menurut Khoirul penyebab lain yakni, pengasuhan anak kurang baik serta akses menuju layanan kesehatan, akses mendapatkan makanan bergizi, dan akses mendapatkan fasilitas sanitasi kurang.

Ia mengatakan, pencegahan tengkes atau stunting dapat dilakukan sejak sebelum kehamilan, yakni rekomendasi program kehamilan.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Fakta Unik Perjalanan Biji Kopi Di Dunia

Trubus.id—Kopi mulai dikenal oleh Suku Galia di Afrika Timur tahun 1000 Sebelum Masehi. Dua ribu tahun berikutnya antara abad...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img