Trubus.id-Pekebun alpukat di Kota Jombang, Provinsi Jawa Timur, Samiono, mengolah alpukat menjadi alpukat beku alias frozen. Menurut Samiono sebenarnya konsumen lokal menghendaki alpukat jenis apapun. “Yang penting bagi konsumen lokal harga ekonomis,” ujar Samiono.
Itu salah satu alasan Samiono tergerak untuk menghasilkan produk turunan dari alpukat. Selain itu untuk memperpanjang masa simpan buah apabila terdapat lonjakan pasokan saat panen raya. Sebaliknya apabila tidak terdapat pasokan panen. Konsumen tetap bisa memperoleh dalam bentuk frozen.
Menurut Samiono teknologi pascapanen berupa pengolahan frozen alpukat tergolong sederhana. Samiono memotong alpukat segar hingga berukuran kecil menyerupai dadu. Selanjutnya ia memasukkan potongan buah ke dalam mesin spiral freezer untuk proses pembekuan. Proses pembekuan berlangsung selama 30 menit.
Samiono mengatur suhu pada mesin spiral freezer pada suhu -18°C. Setelah itu ia menyelupkan alpukat beku yang baru keluar dari mesin spriral freezer ke dalam air es. Tujuannya supaya suhu menurun secara bertahap. Terakhir ia mengemas menggunakan plastik kedap udara.
Olahan alpukat dalam bentuk frozen merupakan awal dari keberlangsungan industri alpukat. Nilai jual produk tentunya semakin meningkat. Samiono menjual alpukat frozen dengan harga Rp80.000 per kemasan. Setiap kemasan berisi 1 kg alpukat yang suda dibekukan.
Untuk harga grosir lebih murah yakni Rp60.000 per kemasan 1 kg. Bandingkan dengan harga buah segar alpukat lokal hanya Rp12.000— Rp15.000 per kg. Untuk harga buah segar alpukat pameling sedikit lebih tinggi, yakni Rp15.000—Rp.30.000 per kg.