Saturday, May 4, 2024

Mereka Tersandung Berbudikdamber

Rekomendasi
- Advertisement -
Perangkat budikdamber milik praktikus di Depok, Jawa Barat, Andre
Hendrawan, tidak terlalu rapat imbas serangan hama tikus. (Dok. Trubus)

Tidak semua pelaku budikdamber langsung berhasil. Banyak pula yang gagal, sebelum akhirnya berhasil.

Trubus — Bibit lele seukuran telunjuk orang dewasa meloncat dari ember sesaat setelah tebar. Sekitar 80% bibit dari total 40 bibit yang ditebar di ember berukuran 80 liter itu meloncat ke luar ember. Itu terjadi di Kota Depok, Jawa Barat, pada pertengahan Mei 2020 saat sebuah perusahaan mengadakan proyek budikdamber. Total 87 budikdamber yang dipersiapkan menunjukkan gejala serupa.

Menurut tim pemasok bibit budikdamber, Bayu Prasetya Wibowo, lele memiliki insting meloncat ke luar kolam. Apalagi jika lingkungan tempat tinggalnya tidak nyaman. Lingkungan anyar dan tidak nyaman menyebabkan ikan keluarga Clariidae itu stres, sehingga meloncat ke luar ember. Apalagi ember berbahan dasar plastik daur ulang sehingga beraroma menyengat. Wajar saja lele meloncat ke luar ember.

Kematian tinggi

Kangkung layu akibat kurang penyinaran matahari. (Dok. Trubus)

Menurut Bayu perangkat budikdamber masih sederhana tanpa penutup. Oleh karena itu, bibit lele leluasa meloncat keluar ember. Penyebab lain lele tidak betah di ember karena adaptasi air terlalu singkat. Lazimnya pelaku budikdamber membiarkan air dalam ember selama 1—2 hari sebelum menebar bibit. Namun, banyak pengelola yang hanya membiarkan air selama 2 jam sebelum tebar bibit. Akibatnya ikan kerabat patin itu stres dan meloncat ke luar ember.

Kendala lain dialami praktikus budikdamber di Kota Cirebon, Jawa Barat, Dian Indrianto. Ia menebar 450 lele di 5 perangkat budikdamber masing-masing berkapasitas 80 liter. Namun, tujuh hari kemudian hanya tersisa 15 ikan. Dian menduga kualitas air di lingkungannya terlalu masam sehingga tingkat kematian lele tinggi. Penyebab lain masih mencari formula pas untuk takaran pakan.

Pelaku budikdamber pemula kerap kali meghadapi hambatan banyakanya ikan yang mati. (Dok. Trubus)

“Mungkin saya salah mengaplikasikan probiotik yang sudah kadaluwarsa,” kata praktikus budikdamber sejak Mei 2020 itu. Pelaku budikdamber di Yogyakarta, Siti Mawadati, juga mengalami kendala kematian ikan tinggi. Total 76 lele mati berselang 4 hari setelah tebar. Ikan yang bertahan hanya 4 ekor. Mawadati menebar masing-masing 40 lele pada 2 perangkat budikdamber kapasitas 80 liter.

Ia menduga kematian tinggi akibat salah perlakuan penanganan dan pemberian pakan. Pelaku budikdamber sejak Mei 2020 itu malah memberikan kangkung segar pada ember saat ikan lemas. Perlakuan lainnya yang juga cukup fatal menutup perangkat dengan kardus bekas. Padahal, lele membutuhkan sinar matahari atau penyinaran penuh. Penyinaran matahari penuh bisa mencegah perkembangan bibit penyakit.

Lantas bagaimana persiapan media? Mawadati hanya mengendapkan air sumur pada ember selama 20 menit sebelum menebar bibit ikan. Lazimnya mengendapkan air pada ember 1—2 hari. Pelaku budikdamber di Kota Depok, Jawa Barat, Andre Hendrawan, juga menghadapi hambatan. Pemicunya telat menyortir lele sehingga terjadi kanibalisme. Lele berukuran besar memangsa ikan berukuran kecil.

Lele ikan kanibal, ketika membersihakan ember kerap terdapat sisa tubuh lele. (Dok. Trubus)

“Untungnya persentasi kematian relatif rendah hanya 5—10%, karena berikutnya menyortir lebih intensif,” kata Andre. Tak lama berselang, tanaman kangkung di bagian atas budikdamber hancur akibat serangan tikus. Setidaknya 12 kangkung di 4 pot rusak. Satwa pengerat itu juga mengacak-acak media tanam arang tempurung kelapa. Itu terjadi ketika tanaman keluarga Convolvulaceae itu lebat dan berderet rapat.

“Hama tikus baru ada setelah 1 bulan berbudikdamber,” kata alumnus Universitas Jenderal Soedirman itu. Akibatnya Andre gagal panen. Kisah kegagalan budikdamber bukan hanya itu. Lihat saja kasus Yunita Tiur Veronice. Pelaku budikdamber di Kota Bogor, Jawa Barat, itu menghadapi pertumbuhan tanaman di 13 pot menguning dan layu. Tanaman berumur 10 hari itu tumbuh di media tempurung kelapa.

Serangkaian kendala itu tidak membuat para pelaku anyar jera berbudikdamber. Yunita misalnya, akan terus mencoba dan memodifikasi hingga berhasil. Begitu pula Dian dan Mawadati yang terus belajar dari para pelaku lain yang berhasil berbudikdamber. Kegagalan memang terasa menyesakkan. Namun, bisa menjadi pelajaran untuk berhasil di kemudian hari. (Muhamad Fajar Ramadhan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Victor Lie : Berorganik di Tengah Perkotaan

Trubus.id—Lahan pertanian seluas 5.000 m2 berdiri di tengah salah satu kompleks perumahan di Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img