Pasokan kelapa berkurang sehingga harga melonjak. Peluang menanam pohon baru dan merawat pohon yang ada.
Enam bulan terakhir kesibukan Bambang Purniawan bertambah. Selain meracik dan mengolah bahan organik menjadi pupuk padat atau cair serta menanam padi organik, ia rutin membeli kelapa dari pekebun di sekitarnya. Warga Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, itu mengolah kelapa menjadi kopra. Setiap pekan ia memanggang daging buah dari 1.500—2.000 kelapa. Bambang mendapatkan 350—500 kg kopra kelas asalan dari kelapa sebanyak itu. Bambang menjual kopra Rp10.000 per kg ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
”Kadang ada juga pengepul datang ke sini (Buton Utara, red.),” ungkapnya. Ia tinggal memilih yang memberikan harga tertinggi. Omzet Bambang minimal Rp3,5 juta dari mengolah kopra per pekan. Sekilogram kopra asalan berasal dari 4—5 buah kelapa. Bambang membeli kelapa di kebun Rp1.500 per buah sehingga biaya bahan baku sekilogram kopra asalan maksimal Rp7.500. Selain kopra, Bambang juga menjual tempurung mentah Rp4.000 per kg. Sekilogram tempurung memerlukan rata-rata 15 kelapa bulat.
Harga tinggi
Kalau mengolah 1.500 buah, Bambang mendapat 100 kg tempurung. Omzetnya bertambah Rp400.000 sehingga setiap pekan ia mengantongi pendapatan kotor hampir Rp4 juta dari perniagaan kelapa. Enam bulan sebelumnya, kondisi berbeda 180 derajat. “Pada 2017—2019 orang enggan memanen kelapa karena harganya sangat murah,” katanya. Saat itu pembeli hanya mau membayar Rp1.000 per tiga buah kelapa.
Begitu pasar mancanegara meminta pasokan, harga perlahan membaik. Puncaknya terasa sejak Maret 2020, ketika harga kelapa bulat di pohon Rp1.000 per buah. Biaya pengangkutan dari kebun ke gudang pengepul atau tempat pengolahan pun tidak murah lantaran pekerja bongkar muat mesti berhati-hati agar kelapa tidak jatuh.
“Kelapa yang jatuh cepat bertunas. Terbentuknya tunas mengurangi ketebalan daging buah,” kata wakil ketua Perhimpunan Petani Kelapa Indonesia (Perpekindo), Mohamad Asri Lambo.
Padahal, daging buah bahan utama kopra. Kopra menjadi olahan andalan daerah penghasil kelapa. “Harga kopra tinggi membuat pekebun bersemangat memanen,” kata pekebun kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, Masdar.
Sebelumnya pekebun membiarkan kelapa tidak dipanen selama hampir dua tahun lantaran harganya rendah. Ironis lantaran kelapa adalah andalan Inhil. Para pekebun mensyukuri harga kelapa yang tinggi itu. Namun, pengolah kelapa justru mengeluhkan. Salah satunya pengusaha briket arang tempurung. Akibat tingginya harga tempurung mentah, minimal Rp4.000 per kg, harga arang tempurung pun melonjak. Produsen di Lampung Tengah, Margono, menjual arang tempurung Rp6.500 per kg. Padahal, permintaan briket arang tempurung dari mancanegara tidak menurun meski pandemi.
Mendekati sentra
Produsen dan eksportir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sarwono, mengekspor 2.500 ton briket tempurung berbagai bentuk dan ukuran tiap bulan. Sarwono menyiasati tingginya harga tempurung dengan membuka pengolahan kelapa di berbagai sentra. Salah satunya di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Pemilik PT Mega Tama Globalindo itu menyatakan, dengan cara itu ia memangkas rantai perniagaan sekaligus memberikan harga lebih baik bagi pekebun kelapa.
Menurut Market and Statistic Officer International Coconut Community (ICC), Alit Firmansyah, salah satu pemicu kenaikan harga kelapa adalah rendahnya produksi akibat banyaknya pohon tua maupun serangan hama. Mengutip data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa tahunan Indonesia pada 2020 menurun hampir 500 metrik ton dibandingkan dengan produksi 2010.
Pemicu lain yang banyak disebut-sebut adalah ekspor kelapa bulat. Padahal menurut Asri Lambo, harga beli eksportir di kebun tidak terlalu tinggi. “Tengkulak yang menjadi perpanjangan tangan eksportir kebanyakan membayar secara ijon,” ungkapnya.
Mengamankan pasokan sangat penting karena produsen briket juga menghadapi banyak masalah lain. Yang terbaru adalah boikot dari perusahaan perkapalan terhadap komoditas briket tempurung. Kepala Divisi Arang dan Batubara lembaga auditor keselamatan transportasi Carsurin, Amran Lesmana menyatakan briket arang dituduh sebagai pemicu kebakaran kapal kargo di Indonesia beberapa bulan silam. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Briket Arang Kelapa Indonesia (Hipbaki), Dr. Basuki, S.H., M.H., menyatakan, Hipbaki bekerja sama dengan Carsurin untuk memastikan keamanan briket tempurung. “Kelancaran pengiriman salah satu komponen vital industri briket,” kata Basuki. (Argohartono Arie Raharjo)